"Dulu mah sampai ratusan, sekarang mah tinggal segini puluhan juga enggak, banyak yang dijual," kata dia.
Ia mengatakan, sebagian orang menjual delman itu bukan tanpa alasan. Pertama, pangkalan mereka kini hanya terpusat di 1 titik. Jalur operasional mereka pun mulai menyempit.
“Mungkin karena pangkalan yang semakin menyempit,” kata Ujang.
Sebelum terkikis moda transportasi konvensional dan digital, ritase perjalan delman Soreang cukup panjang dan beragam.
Jalur operasionalnya mencapai 5 titik. Mulai dari Pasar Soreang, Sadu, Pemda Kabupaten Bandung, Gading Tutuka, hingga ke Jalan Banjaran-Soreang.
"Ya sekarang mah menipis, tapi kadang ada juga yang meminta jarak yang jauh," ungkapnya.
Matahari sudah mulai menyudahi pagi, sejuk sudah mulai berganti panas. Ma'ruf masih menunggu penumpang selanjutnya yang minta diantarkan menggunakan kereta kudanya.
Sementara, para Kusir yang baru datang dari rumah atau mengantarkan penumpang mulai berdatangan. Suara sepatu kuda, seketika yang nyaring setara dengan bising mesin seketika mengiri nafas panjang Ma'ruf.
"Mudah-mudahan dapet 2 atau 3 penumpang, biar ada bekel buat besok dan ngurus si Resto," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.