Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kusir Delman di Bandung, Bertahan Hidup di Era Transportasi Online

Kompas.com, 10 Januari 2023, 11:05 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - "Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka...."

Masih ingatkah penggalan lagu Naik Delman tersebut? Lagu yang kerap dinyanyikan anak kecil itu, kini menjadi pemandangan yang jarang di Bandung. 

Berkembangnya transportasi membuat keberadaan transportasi delman atau kereta kuda makin terpinggirkan. 

Baca juga: Berkah Kusir Delman di Gresik Saat Momen Tahun Baru Hijriah dan Agustusan

Kalau pun ada mereka, para Pak Kusir ini harus bersiap dengan persaingan transportasi. Seperti di Ibu Kota Kabupaten Bandung, Soreang.

Di sana, delman masih mudah dijumpai. Sebagian kusir memarkirkan delmannya di tugu strawberry dan di depan Pasar Sehat Soreang.

Baca juga: Gelar Aksi Debus di PN Bale Bandung, Massa Sampaikan Kekecewaannya pada Hakim

Dalam keseharian, mereka harus bersaing dengan angkutan umum (angkot), ojeg pengkalan (opang), hingga transportasi online

Tarif Minim

Ma'ruf Abas (37), salah seorang kusir delman, hanya duduk terpaku sambil bertukar tangkap dengan para pengendara transportasi konvensional lainnya.

Ia sengaja bercengkrama dengan kawan-kawannya agar beban hidup tak lagi terasa terlalu berat. Namun tetap saja, Ma'ruf memikirkan nasibnya hari ini.

"Ya berbagi cerita dan ketawa-ketawa mah bagian dari keseharian aja biar beban hidup gak terlalu terus dipikirkan, tapi tetap saja, saya harus mikir, hari ini bakal dapet penumpang lebih gak ya," katanya ditemui, Selasa (10/1/2023).

Hari ini, ian da kudanya yang diberi nama si "Resto" baru menarik dua kali balikan, pasar Soreang ke Komplek Gading Tutuka.

Sekali narik penumpang, Ma'ruf terkadang mematok harga Rp 25.000 atau Rp 30.000 tergantung dari jarak tempuh. Namun, tarif itu, seringkali ditawar pengguna.

Tak ada pilihan baginya, tarif yang minim terpaksa ia ambil demi menutupi biaya sehari-hari dan operasional perawatan si Resto.

Berbeda dengan penumpang yang jumlahnya lebih dari 1 orang, sekali narik, ia bisa mengantongi Rp 45.000 sampai Rp 50.000.

"Tapi kadang ada yang ngasih Rp 10.000 atau Rp 15.000 tergantung penumpangnya, kalau jauh ya dapet lebih, kalau kecil ya diterima, dari pada gak ada sama sekali," ujarnya.

Resto merupakan kuda pemberian sang Kakek. Nama Resto disematkan pada kudanya, lantaran kuda tersebut memiliki porsi makan yang besar.

Ma'ruf mulai belajar menjadi Kusir sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kala itu, ia mengikuti jejak kakek, paman, dan ayahnya yang lebih dulu menggeluti kereta kuda.

Tak ada pilihan baginya saat itu, lahir dari keluarga ekonomi yang rendah, memaksa ia harus mengikuti jejak leluhurnya.

"Gak ada pilihan lain, jujur aja saya gak berpengalaman kalau kerja di bidang lain, tapi kalau di dunia kuda, delman, saya tahu betul," tutur dia.

Ia sadar betul, jika moda transportasi delman sudah ditinggalkan banyak orang sejak kendaraan atau angkutan umum konvensional berdatangan.

Meski begitu, ia dan para pendahulunya pernah merasakan masa dimana delman menjadi primadona bagi masyarakat.

Bahkan, keuntungan yang didapatkan per-hari pada saat itu, cukup besar dan jauh berbeda dengan pendapatannya saat ini.

"Alhamdulilah ngalamin juga masa-masa delman ini menjadi alat bepergian warga, meskipun sekarang kaya gini situasinya, sepi," tuturnya.

Alasan kuat, mengapa Ma'ruf dan Kusir yang lain bertahan di era digital, bukan hanya karena materi atau penghasilan.

Lebih dari itu, baginya delman telah menghidupkan banyak hal dan telah memberikan pengalaman hidup yang tak terhitung nilainya.

"Kalau dari sisi profesi misalnya, saya menikmati proses ini, alhamdulilah rezeki terus ada, kalau pertimbangan yang lain ya saya merasa delman sudah memberikan saya kehidupan yang luar biasa, jadi ada nilai yang luhur buat saya untuk mempertahankan moda transportasi ini," jelasnya.

Untuk menambah biaya hidup, Ma'ruf mengaku kerap mendapatkan orderan untuk mengantar pejabat dalam sebuah program atau di masa kampanye.

Selain itu, ada juga pasangan yang akan melaksanakan pernikahan yang kerap menggunakan delman sebagai tempat untuk difoto atau menjadi kendaraan yang digunakan mempelai pria.

"Ya ada aja, saya juga sering kok dikontak sama manajemen atlet balap kuda untuk mengurus kuda-kudanya pasca-pertandingan atau sebelum," tambah dia.

Tersisa Belasan Delman

Dulu, lanjut Ma'ruf, delman di wilayah Soreang bisa mencapai ratusan. Seiring berjalannya waktu, para kusir mulai berpindah dan menjual delmannya tanpa sebab.

Saat ini, jumlah delman di wilayah Soreang tinggal belasan.

"Dulu mah sampai ratusan, sekarang mah tinggal segini puluhan juga enggak, banyak yang dijual," kata dia.

Ia mengatakan, sebagian orang menjual delman itu bukan tanpa alasan. Pertama, pangkalan mereka kini hanya terpusat di 1 titik. Jalur operasional mereka pun mulai menyempit.

“Mungkin karena pangkalan yang semakin menyempit,” kata Ujang.

Sebelum terkikis moda transportasi konvensional dan digital, ritase perjalan delman Soreang cukup panjang dan beragam.

Jalur operasionalnya mencapai 5 titik. Mulai dari Pasar Soreang, Sadu, Pemda Kabupaten Bandung, Gading Tutuka, hingga ke Jalan Banjaran-Soreang.

"Ya sekarang mah menipis, tapi kadang ada juga yang meminta jarak yang jauh," ungkapnya.

Matahari sudah mulai menyudahi pagi, sejuk sudah mulai berganti panas. Ma'ruf masih menunggu penumpang selanjutnya yang minta diantarkan menggunakan kereta kudanya.

Sementara, para Kusir yang baru datang dari rumah atau mengantarkan penumpang mulai berdatangan. Suara sepatu kuda, seketika yang nyaring setara dengan bising mesin seketika mengiri nafas panjang Ma'ruf.

"Mudah-mudahan dapet 2 atau 3 penumpang, biar ada bekel buat besok dan ngurus si Resto," tutupnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau