Setelah ibu meninggal dunia, rumah tua tidak ditempati oleh siapapun, hanya Safitri seorang diri.
Dari 10 bersaudara, dua orang meninggal dunia, dan tujuh orang lainnya hidup berpencar.
Saerah dan Waenah yang terdekat sehingga mereka berdua yang mengurus setiap hari.
Waenah, yang lebih mudah sedih berulang kali menangis saat menceritakan Safitri.
Dia bertugas menyuapi makan Safitri, sementara Saerah memandikan, menggantikan baju hingga membersihkan kotoran.
Keduanya memohon kepada pemerintah untuk mau membantu menyembuhkan Safitri. Pasalnya, keluarga sudah tidak memiliki kemampuan dana untuk pengobatan dan lainnya.
Rifkie Widasarandy, Kepala Dusun Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, menyampaikan, pemerintah desa bersama beberapa pihak sedang berupaya untuk membawa Safitri berobat.
Baca juga: Pemprov Jateng Pulangkan 182 Pekerja Migran Bermasalah, 1 TKW Hamil di Malaysia Tak Bisa Pulang
Pemerintah sedang menyiapkan teknis dan tahapan berobat Safitri.
Rifkie juga membenarkan kondisi keluarga Safitri yang penuh keterbatasan. Mereka berulang kali menolak saat diajak berobat karena takut akan biaya.
"Awalnya mereka tidak mau berobat. Setiap kali kami ajak berobat, mereka menolak terus. Alasannya, mereka ga punya uang. Setelah diberi pengertian, mereka sangat memohon agar proses pengobatan Safitri segera dilakukan," kata Rifkie saat dihubungi Kompas.com Jumat (13/1/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.