BANDUNG, KOMPAS.com - Mendung yang menggelayut Senin (13/2/2023) pagi, tak membuat Abah Soleh berhenti mengukir sebatang kayu untuk dibentuk menjadi sesosok wajah.
Cuaca yang tidak bersahabat, tak membuat pria 63 tahun itu bermalas-malasan. Ia tetap menyelesaikan apa yang ia tekuni sejak usia 9 tahun.
Di kediamannya, di Jalan Cipondoh Girang RT 03 RW 12, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pria yang karib di sapa Mang Oleh itu mesti berbagi ruang antara tempat tinggal dan bengkel pembuatan wayang golek.
Baca juga: Mengintip Babah Kuya, Toko Jamu Legendaris di Bandung, Berdiri Sejak 1838
Hampir setiap hari, rumah yang tak begitu luas itu ia gunakan untuk menyelesaikan wayang golek khas Cibiru.
Sejak tahun 60-an, ribuan wayang golek telah tercipta dari tangannya, dan dipasarkan ke pelbagai tempat.
Bahkan, dalang (pemain wayang golek) sekelas Asep Sunandar Sunarya juga menggunakan wayang golek ciptaan Mang Oleh.
Baca juga: Asal Usul dan Arti Nama Makanan Sunda Bala-bala, Citruk, Rarawuan, dan Gorejag
Pagi itu, sambil menyelesaikan wayang golek pesanan Ketua DPRD Kabupaten Bandung, Mang Oleh mengajarkan salah seorang dalang yang ingin menekuni pembuatan wayang golek khas Cibiru.
Di halaman depan yang sempit, Mang Oleh mengajarkan sang dalang bagaimana mengukir wajah wayang golek dan proses pengecatan.
Cat air pelbagai warna berceceran di lantai depan rumahnya, pun dengan serbuk kayu sisa ukiran atau pahatan berhamburan memadati halaman rumahnya. Puluhan perkakas untuk memahat dan mengukir bergeletakan.
Baca juga: Anak Pemilik KIA Kota Bandung Bisa Dapat Diskon hingga 50 Persen di 20 Lembaga, Ini Rinciannya
Sang dalang ditugasi untuk mengecat beberapa wajah wayang, sementara Sang Maestro sibuk memahat dan mengukir tiap lekukan wajah dari wayang golek.
Tak hanya mampu membuat wayang golek dengan ukuran normal, tepat di depan rumahnya berdiri patung Semar (salah satu tokoh wayang) dengan ukuran besar yang belum selesai Mang Oleh kerjakan.
Sejak usia 9 tahun tepatnya tahun 1969, Mang Oleh sudah menekuni dunia pembuatan wayang golek.
Kemampuannya membuat wayang golek khas Cibiru itu, berasal dari saudara kandungnya.
Mang Oleh mengatakan, kala itu Sang Kakak berguru pada salah satu pencetus wayang golek khas Cibiru yakni Abah Supatma.
"Sebetulnya, dari garis keluarga gak ada yang bakat bikin wayang golek, itu karena kakak saya berguru ke satu sepuh (orangtua) yang bisa bikin wayang khas Cibiru namanya Abah Supatma," katanya ditemui, Senin (13/2/2023).
Setelah mendapatkan cukup ilmu, Mang Oleh muda bersikeras menciptakan wayang dari tangannya sendiri tanpa arahan sang kakak.
Tahun 1971 ia mulai membuat wayang, dimulai dari kepala dulu. Satu tahun berselang, tepatnya 1972, ia mulai bisa menyelesaikan satu wayang golek.
Usai menciptakan wayang golek dari hasil tangannya, ia tak langsung mendapatkan apresiasi.
"Ya namanya wayang buatan orang yang belajar, langsung dapet masukan dari kakak dari pencipta wayang golek yang lain, terutama soal ukiran," jelasnya.
Tak puas dengan hasil karya pertamanya, serta masih merasa kurang dengan pengetahuan membuat wayang golek, Mang Oleh muda nekad berkelana mencari ilmu baru tentang wayang golek. Teruma soal pahatan dan ukiran.
Saat itu, hanya ada tiga tempat yang terkenal dengan penciptaan atau pembuatan wayang golek, yakni Cibiru Kabupaten Bandung, Selacau Kabupaten Bandung Barat (KBB), dan Bogor.
Ia menyebut, hampir setiap ahli pembuat wayang di tiga wilayah itu ia jadikan guru. Hal itu dilakukan lantaran Mang Oleh memiliki prinsipnya soal berkesenian.
"Seni itu bukan soal uang, tapi seni itu semangat, dan keinginan ingin bisa, itu aja yang memotivasi saya," ujar Mang Oleh.
Meski ia menyadari di tiga wilayah tersebut memiliki perbedaan dalam soal pahatan dan ukiran.
Namun, hal itu tak dipikirkannya. Saat itu, ia hanya fokus pada pengetahuan tentang perbedaan pahatan masing-masing wilayah serta bagaimana menciptakan wayang golek khas Cibiru dan mempertahankannya.
"Abah Supatma jelas saya berguru ke sana, itu khas Cibiruan, kemudian ada Abah Sumarta di Selacau saya jadikan guru, termasuk Abah Ahim di Bogor saya jadikan guru juga, karena buat saya penting untuk mengetahui perbedaannya," beber dia.
Dalam pembuatan wayang golek, sambung dia, bukan soal bagus atau tidak. Namun bagaimana wayang golek terlihat hidup saat dimainkan dalang.
"Jadi saya enggak lihat wayang itu bagus atau tidak, soal ukiran itu soal keaslian sosok wayang dan soal estetika serta jati diri bahkan ciri khas, lebih dari itu wayang golek yang bagus ada yang memliki jika terlibat hidup ketika dimainkan," ungkapnya.
Ia mengakui, jika proses pembelajarannya terkait pembuatan wayang golek cukup singkat. Tahun 1973, usai lepas bekerja dari salah satu perusahaan retail, Mang Oleh menekuni pembuatan wayang golek.
Saat itu, wayang golek ciptaannya sudah berhasil menarik perhatian penjual wayang golek di Bogor.