Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nasi Kuning Rp 3.000 di Cianjur, Buat Orang Rela Antre Panjang

Kompas.com, 18 Juli 2023, 08:17 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com– Sudah lima bulan berjalan Cincien (65) dibantu anaknya Denny Fung (30) berjibaku setiap pagi melayani ratusan pembeli.

Setiap hari ratusan warga rela mengantre panjang demi seporsi nasi kuning yang dijual Cincien sebelum memulai aktivitas.

Calon pembeli bahkan harus mengambil kupon terlebih dahulu agar bisa masuk dalam antrean.

Baca juga: Diduga Cabuli Belasan Bocah di Bawah Umur, Pemilik Warung di Cianjur Ditangkap

Babah Cien, sapaan Cincien, berjualan nasi kuning yang dibanderol harga Rp 3.000 di depan tokonya, Jalan Manungsarkoro, Cianjur, Jawa Barat.

Dengan harga semurah itu, pembeli bisa mendapatkan seporsi komplit nasi kuning dengan pilihan menu yang diinginkan, mulai ayam serundeng, ayan bumbu kecap, ayam krispy, rendang, balado telur, tahu tempe, perkedelan dan lainnya.

Tidak hanya nasi kuning, khusus untuk akhir pekan, Babah Cien juga menjual bakso dan bubur ayam, harganya pun sama, cuma Rp 3.000.

"Ini kita tidak bikin sendiri, ya. Tapi beli dari pedagang sekitar dengan harga normal. Untuk nasi kuning misalnya, kita belinya Rp 10.000 seporsi, tapi dijualnya cuma Rp 3.000," kata babah Cien kepada Kompas.com, Selasa (18/7/2023).

"Dengan begitu gak matiin usaha warga. Tujuannya kita memang buat memberdayakan pelaku UMKM dan pedagang sekitar sini," sambung dia.

Baca juga: Agata Berlinang Air Mata Terima Donasi dari Pembaca Kompas.com

Karena itu, babah Cien menegaskan, upayanya ini bukan untuk mencari keuntungan, melainkan semangat berbagi antarsesama dengan cara menyediakan sarapan dengan harga yang bisa dijangkau semua kalangan.

"Jadi konsepnya kita menyubsidi. Dananya dari kita dan ada beberapa pihak yang turut berdonasi," ujar dia.

Babah Cien berharap, langkah yang diinisiasinya ini terus berkelanjutan dan bisa diterapkan di lokasi lain.

"Sejauh ini responnya sangat luar biasa. Sehari yang datang selalu ratusan, bahkan kalau akhir bekan bisa sampai 350 orang," ungkap babah Cien.

Awalnya nasi kuning Rp 3.000 ini dijual untuk memenuhi kebutuhan sarapan warga sekitar.

Namun seiring waktu, disampaikan Denny Fung, pembeli tak hanya warga lokal, melainkan juga dari luar kota, seperti dari Bandung dan Sukabumi.

"Mereka mengaku tahu dari medsos. Sengaja ke sini karena penasaran, tapi katanya memang enak dan murah meriah. Biasanya akhir pekan suka ada yang datang dari luar kota," tutur Fung.

Baca juga: Foto Sepuasnya Bayar Seikhlasnya: Cerita Fotografer di Kota Lama Semarang

Fung menjelaskan, kendati mengusung semangat bersedekah, namun pihaknya tidak menggratiskan.

Alasannya, tidak mendidik dan ingin memanusiakan.

"Kalau ini digratiskan, kesannya gimana, sekali dua kali orang datang malu. Tapi ini kan mereka ke sini untuk membeli, sebagai pembeli," kata dia.

Makna di balik harga Rp 3.000

Fung menuturkan, banderol harga Rp 3.000 untuk semua menu sarapan yang dijual memiliki makna filosofi merujuk ke sila ketiga Pancasila.

"Persatuan Indonesia. Indonesia bersatu tanpa memandang ras, etnis, suku dan agama. Sekira filosofisnya seperti itu," kata Fung.

Karena itu, Fung akan sangat senang jika konsep ini diadopsi pihak lain dan diterapkan di tempat lain.

"Semakin banyak kita saling berbagi, saling meringankan beban sesama, tentu kesatuan akan semakin erat terjalin," tandas Fung.

Enak dan mengenyangkan

Ipah (55), warga Kelurahan Solokpandan Cianjur ini mengaku nyaris tak absen sarapan nasi kuning Rp 3.000.

Selain murah, ia mengaku rasanya enak dan pilihan menu yang disajikan bervariatif.

"Murah pisan, porsinya juga pas kenyangnya. Sejak bulan puasa lalu suka ke sini, enggak apa-apa antre juga," kata Ipah.

Baca juga: Suami TKW Cianjur Beberkan Awal Mula Istrinya Terjebak Prostitusi di Dubai

Hari ini Ipah sengaja mengajak menantunya yang perempuan untuk sama-sama merasakan sensasi sarapan di tepian jalur pejalan kaki dengan ratusan warga yang lain.

"Seru aja, sambil ngobrol sana sini, jadinya nambah banyak kenalan juga," ujar dia.

Menurut Ipah, harga nasi kuning yang dijual di sini sangat murah jika dibandingkan harga yang dijual pada umumnya.

"Biasanya ya kisaran Rp 10.000 apalagi kalau yang pakai ayam-ayam seperti ini. Jadinya sangat membantu lah warga yang ingin sarapan enak, kenyang dan murah meriah," ujar Ipah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau