Ilah mengatakan, meski sejak 1997 tersebut statusnya sudah tidak sebagai buruh pemetik teh, dengan menjadi penggarap lahan, tapi hasil yang didapat juga nyaris sama dengan ketika menjadi buruh.
"Ya dalam seminggu itu, dari hasil jual teh ke pengepul paling banyak cuma dapat Rp 200.000. Itu teh kotor, karena kita juga harus beli pupuk dan kebutuhan lainnya," ujar Ilah.
Meski hasil yang didapat jauh lebih kecil dan tidak sebanding dengan keringat yang diperas. Namun, Ilah tetap bertahan demi membantu perekonomian keluarga.
"Kalau dulu suami kerja serabutan, tapi sekarang karena sudah tua jadi enggak kerja. Karena itu, sekarang pemasukannya hanya dari hasil metik teh ini, jadi ya saya bertahan meski hasil yang didapat memang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang penting masih ada buat makan," tutur Ilah.
Baca juga: Menolak Legalisasi Lahan Sawit Korporasi di Kawasan Hutan
Di sela-sela percakapan dengan Kompas.com, Ilah sempat mengeluh kondisi ekonomi hidupnya.
Dia mengaku, hingga saat ini, tidak pernah menerima bantuan sosial dalam bentuk apa pun dari pemerintah.
"Ya, mungkin itu karena saya punya lahan garapan kebun teh ini, jadi dikiranya saya ini orang mampu, padahal mah serba kekurangan, malahan sering juga pinjam sana-sini buat nutupin kebutuhan sehari-hari," keluh Ilah.
Ilah hanya berharap, ke depan, pemerintah lebih memerhatikan nasib petani penggarap perkebunan teh seperti dirinya.
"Ya, harapannya, ibu bisa terus sehat. Pemerintah harus baik juga ke petani, lebih perhatian, program apa aja biar petani kayak kita itu hidupnya lebih sejahtera," harap Ilah.
Baca juga: Kebun Teh Tambi: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute
Petani penggarap Perkebunan Teh Margawindu lainnya, Henhen Juhaena (42), mengakui jika penghasilannya sebagai penggarap lahan perkebunan teh tak mampu mencukupi kehidupan sehari-hari.
Henhen mengaku, untuk menutupi kebutuhan hidupnya, selain menjadi penggarap lahan, ia juga bekerja di salah satu objek wisata yang ada di Desa Citengah.
"Ya karena enggak cukup (penghasilan dari menggarap kebun teh), jadi ikut kerja, bantu-bantu di tempat wisata," ujar Henhen kepada Kompas.com.