Hari menyaksikan betul bagaimana dahulu air sungai Cipicung menjadi sumber utama warga di 3 RW di Desa Sarimukti untuk beraktivitas seperti mencuci pakaian, bermain anak, ataupun menghidupi persawahan warga.
"Sekarang mah gak bisa dimanfaatkan. Kadang kalau musim hujan busa dari air sungainya bisa sampai tumpah ke atas dan mengeluarkan bau menyengat," tutur Hari.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat Prima Mayaningtyas menyebutkan, Pemprov Jabar sudah menerjunkan tim untuk melakukan investigasi mengenai dugaan pencemaran limbah air lindi dari TPA Sarimukti.
"Kalau hasil penelitian kami, karena aliran sungai Ciganas dan Cipanawuan kan bermuara di sungai Cipicung. Hasil pemantauan kualitas air di sana air Cipicung baik upstreamnya, masih memenuhi baku mutu," klaim Prima.
Baca juga: Limbah TPA Sarimukti Cemari Sungai, Ikan Bertahan Hidup Kurang dari 10 Menit
Prima menyampaikan, pembuktian pencemaran itu musti diukur menggunakan parameter yang menyangkut dengan keberadaan oksigen dalam air limbah seperti dissolved oxygen (DO), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), dan total suspended solid (TSS).
"Karena kalau pencemaran air lindi parameternya ada DO, COD, BOD, dan TSS. Warna air sungainya juga akan terlihat hitam pekat. Nah ini sudah kita lakukan penelitian. Kesimpulannya titik hulu di aliran sungai di TPA Sarimukti itu masih memenuhi baku mutu di sungai Cipanawuan dan Ciganas," sebut Prima.
Upaya uji laboratorium sampel air pun juga sudah dilakukan di bagian hilir sungai untuk memastikan adanya pencemaran lingkungan atau tidak di aliran sungai.
"Untuk yang Cipicung downstream ini juga kita lakukan upaya-upaya di atas. Khawatir kalau itu masih terindikasi pencemaran. Kemudian titik hilir yang bermuara di sungai Cimeta downstream juga sudah mempunyai baku mutu. Hanya memang sedikit DOD, yang harusnya 3 miligram per liter tapi masih di 4 miligram per liter. Sekarang kita juga masih perbaiki untuk terus kesana," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.