Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Karang Taruna di Bandung, Raih Rp 2 Juta Sebulan dari Sampah Anorganik

Kompas.com - 01/09/2023, 17:18 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Bermula dari kebuntuan mencari dana untuk perayaan HUT RI, para pemuda Karang Taruna RW 21 Antapani Tengah, Kota Bandung, mencari cara lain dengan mengumpulkan sampah.

Dari sanalah akhirnya mereka bisa membiayai acara Agustusan. Bahkan berlanjut sampai sekarang untuk operasional Karang Taruna.

"Daripada danusan terus, bosen. Kita cari cara lain buat biayai acara Agustusan. Coba-coba ambil sampah anorganik di warga, terus dijual di bandar barang bekas. Ternyata lumayan juga hasilnya," kata Ketua Karang Taruna Unit 21 Antapani Tengah, Wahyu Nugraha, Jumat (1/9/2023).

Baca juga: Zona Darurat TPA Sarimukti Dibuka Kembali, Batasi Tampung 8.689 Ton Sampah dari Bandung Raya

Pengambilan sampah anorganik dilakukan seminggu sekali setiap hari Minggu dari pukul 09.00-15.00 WIB. Sampah anorganik yang paling banyak diperoleh jenis kardus dan botol mineral.

Mereka berkeliling dari rumah ke rumah untuk langsung mengambil sampah anorganik. Dalam seminggu, sampah anorganik yang dikumpulkan dari RW 21 Antapani Tengah mencapai lebih dari 200 kg.

Baca juga: Dampak Gerakan Pilah Sampah, Volume Harian di Sleman Turun dari 300 Ton Jadi 254 Ton

"Kita olah, dipilih lagi mana yang bisa dijual langsung ke bandar barang bekas. Hasilnya bisa mencapai Rp 500.000 per minggu," ungkap Wahyu.

Hasil penjualan sampah anorganik dimasukkan ke kas Karang Taruna. Lalu dari sana akan dibuat program seperti hidroponik dan maggot yang hasilnya disalurkan juga untuk kepentingan pengolahan sampah.

"Hasil dari hidroponik itu juga buat warga juga. Bebas mau ambil, tidak perlu bayar. Kita juga bisa biayai acara-acara di RW lewat hasil jual anorganik," tuturnya.

Ia mengaku, banyak komentar yang didapatkan dari warga tentang pemilahan sampah ini. Namun, cenderung lebih banyak warga yang mendukung.

"Ke depannya kita ingin berikan feedback juga ke warga yang sudah mau memilah sampahnya. Ini juga bisa menjadi daya tarik agar masyarakat bisa mengolah sampahnya dengan baik dan benar," harapnya.

Sementara itu, Lurah Antapani Tengah, Teguh Haris Pathon menyampaikan, dari data pengumpulan sampah anorganik seminggu sekali yang diangkut oleh Karang Taruna bisa mencapai 258 kg.

Ia menyebutkan, beragam tanggapan dari masyarakat pun diterima saat menyosialisasikan program pilah sampah dengan Kang Pisman (program Pemkot Bandung).

"Awalnya ada yang merasa keberatan karena harus repot-repot pilah sampah. Tapi setelah kemarin TPA Sarimukti sempat tutup, bahkan sekarang juga terbakar, mereka jadi sadar kalau memilah sampah itu membuat kondisi lebih baik," ungkap Teguh.

Dulu, banyak warga yang mengeluhkan lingkungannya kotor, banyak lalat, belum lagi sampah berserakan karena diacak kucing dan tikus.

"Tapi kita terus berupaya menyosialisasikan kepada masyarakat untuk memilah sampah serta menjaga komitmen dari para RW tuntaskan permasalahan sampah," ujarnya.

"Apalagi saat ini kita sedang darurat sampah. Tinggal yang residunya kita mohon untuk ditampung dulu di rumah sampai TPS dan TPA dibuka kembali," pungkas Teguh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di Subang, Kru Sempat Perbaiki Bus Beberapa Saat Sebelum Insiden Maut

Kecelakaan di Subang, Kru Sempat Perbaiki Bus Beberapa Saat Sebelum Insiden Maut

Bandung
Polisi Sebut Tidak Ada Jejak Rem dalam Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Polisi Sebut Tidak Ada Jejak Rem dalam Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Bandung
Detik-detik Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana di Subang, Penumpang Teriak 'Allahu Akbar'

Detik-detik Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana di Subang, Penumpang Teriak "Allahu Akbar"

Bandung
Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Muslim: Saya Tanya Tiga Kali, Aman atau Tidak?

Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Muslim: Saya Tanya Tiga Kali, Aman atau Tidak?

Bandung
Diduga Mabuk, Pria Asal Cileunyi Tewas Tenggelam di Sumur

Diduga Mabuk, Pria Asal Cileunyi Tewas Tenggelam di Sumur

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Sederet Fakta Kecelakaan Maut Bus Rombongan SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang

Sederet Fakta Kecelakaan Maut Bus Rombongan SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang

Bandung
Pemkab Subang Siapkan 30 Ambulans untuk Antar-Jemput Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Pemkab Subang Siapkan 30 Ambulans untuk Antar-Jemput Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Bandung
Sopir Bus Rombongan SMK Lingga Kencana Depok yang Kecelakaan di Subang Masih Dirawat

Sopir Bus Rombongan SMK Lingga Kencana Depok yang Kecelakaan di Subang Masih Dirawat

Bandung
Identitas 11 Korban Tewas Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Identitas 11 Korban Tewas Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Bandung
Kesaksian Sopir Bus Maut di Subang, Hilang Kendali Saat Rem Tak Berfungsi

Kesaksian Sopir Bus Maut di Subang, Hilang Kendali Saat Rem Tak Berfungsi

Bandung
Biaya Pengobatan Korban Kecelakaan Bus di Subang Ditanggung Pemerintah

Biaya Pengobatan Korban Kecelakaan Bus di Subang Ditanggung Pemerintah

Bandung
Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Bandung
Kecelakaan Bus di Subang, 1 dari 11 Korban Tewas Diserahkan ke Keluarga

Kecelakaan Bus di Subang, 1 dari 11 Korban Tewas Diserahkan ke Keluarga

Bandung
Bus Rombongan Siswa yang Terguling di Subang Kondisinya Sudah Tua dan Sempat Bermasalah pada Mesin

Bus Rombongan Siswa yang Terguling di Subang Kondisinya Sudah Tua dan Sempat Bermasalah pada Mesin

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com