Dulu, kata Ria, jika ingin ke Kota Bandung tak ada pilihan selain menggunakan angkot jurusan Leuwi Panjang-Soreang. Namun saat ini sudah ada Trans Metro Pasundan (TMP) yang mempermudah masyarakat menuju Kota Bandung.
"Sekarang ada TMP masuk tol juga, lebih cepat, fasilitas ya ber AC, ongkosnya murah," ujar Ria.
Meski begitu, angkot masih dibutuhkan baginya untuk menjangkau titik-titik yang tidak terjangkau oleh TMP.
"Kaya tempat kerja saya kan di tengah, cuma angkot ini yang menjangkau, jadi masih butuh," bebernya.
Hal serupa juga disampaikan Fuadillah Maszuk (23) warga Kopo Sayati. Fuad menyebut, angkot masih menjadi alat transportasi publik, tapi masyarakat menengah ke bawah.
"Saya misalnya kuliah di Nurtanio deket Lanud Sulaiman, mau enggak mau pake angkot, karena orangtua enggak ngasih motor. Saya sadar, jadi ya angkot jawabannya," kata Fuad.
Menurut Fuad, banyak orang yang kini enggan menggunakan angkot karena butuh sampai tujuan dengan cepat.
"Ya mereka mungkin butuh waktu yang cepat, nah si angkot juga butuh waktu buat cari penumpang, buat saya dilematis, tapi saat ini masih butuh lah angkot," tutur dia.
Sementara Cahyadi (33) warga Baleendah, Kabupaten Bandung menilai, saat ini angkot sudah bukan lagi primadona. Menurutnya, angkot hanya dibutuhkan bagi masyarakat yang membutuhkan saja.
"Kalau saya melihat itu, jarang juga yang jarak jauh pake angkot, kelihatannya yang deket-deket saja," kata Cahyadi.
Cahyadi menilai, banyaknya kendaraan pribadi membuat angkot sulit bersaing.
"Itu salah satunya, belum online, saya pribadi masih butuh angkot karena tadi butuh hanya untuk jarak dekat saja," ungkapnya.
Tak terasa, perjalanan dari perempatan Kopo hingga Sorang telah menempuh 20 kilometer yang memakan waktu satu setengah jam. Angkot Aep tiba di wilayah Terminal Soreang pukul 09.15 WIB.
Aep sengaja tak memasukan angkotnya ke dalam terminal karena harus mengejar rit selanjutnya.
Terminal Soreang, terlihat lebih lenggang dari biasanya. Selama perjalanan, Aep hanya mengangkut 19 penumpang.
Jumlah itu, kata dia sudah lumayan dibanding hari-hari sebelumnya. Total satu rit perjalanan, Aep mendapatkan uang Rp 88.000.
Baca juga: Curhat Pedagang Baju Pasar Koja: Dulu Dapat Rp 5 Juta Sehari, Kini Satu Pelanggan Sudah Bersyukur
Meski begitu, ia hanya bisa berteman dengan rasa sabar dan sesekali menumbuhkan asa untuk kembali mencari muatan.
Sekalipun kesejahteraan para sopir angkot kian tergerus, Aep dan jutaan sopir angkot lainnya hanya bisa terus berharap.
Meski banyak persoalan, pertemuan dengan sesama sopir di Terminal Soreang menjadi potret hiburan kecil. Nasib menyatukan mereka, yang sampai saat ini menunggu kapan pemerintah akan berpihak pada mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.