Salah seorang guru bernama Ai Rosmiati menuturkan, awalnya jumlah murid di sekolah ini mencapai 173 orang.
Namun, kini telah berkurang menjadi 120 siswa, karena ada yang memilih pindah sekolah.
“Kita tidak bisa memaksa anak-anak untuk bertahan di sini melihat kondisinya seperti ini,” ucap Ai kepada Kompas.com, Senin (20/11/2023) kemarin.
Ai menuturkan, kegiatan pembelajaran berlangsung tidak ideal dan tidak nyaman. Pihak sekolah pun terpaksa mengurangi jam kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Pulangnya jam 10-an. Karena di atas itu kondisinya sudah panas dan gerah di dalam tenda. Kita tidak bisa memaksakan anak-anak harus terus belajar,” kata dia.
Guru lain, Yudi Kusdiansyah menambahkan, kegiatan belajar di lokasi ini sudah berlangsung sejak awal pasca bencana.
Baca juga: BPBD Cianjur Relokasi 8 Rumah Warga di Jalur Longsor
Sejauh ini, pihak sekolah belum mendapatkan kepastian kapan akan dipindah ke tempat yang lebih layak.
Di sisi lain, bangunan sekolah yang terletak tak jauh dari lokasi ini masih dibiarkan dalam kondisi rusak.
“Kita tidak tahu tentang nasib sekolah ini, Sampai saat ini belum ada kejelasan sekolahnya mau dibangun lagi atau direlokasi."
"Dulu pernah ada wacana mau di-merger dengan sekolah lain, tapi tidak jadi,” kata Yudi.
Yudi ingat betul bagaimana perjuangan pihak sekolah mencari lokasi hingga akhirnya mendapatkan izin dari pemilik lahan untuk mendirikan kelas-kelas darurat di tempat ini.
“Padahal ini (jalan) setiap hari dilewati para pejabat, barangkali ada terketuk hatinya, tolonglah ditengok,” ucap dia.
Yudi berharap ada sedikit empati dari para pemangku kebijakan atas nasib ratusan murid yang masih belajar di tenda darurat ini.
“Kasihan anak-anak, kegiatan belajar tidak berjalan semestinya, tidak kondusif,” imbuh dia lagi.