Saat ini Kustini terpaksa harus mengungsi ke rumah saudaranya yang berada di Kampung Pasigaran yang berseberangan dengan Kampung Lamajang Peuntas.
Selain sepeda motornya yang belum ditemukan, Kustini juga harus menelan pil pahit rumah yang ditempatinya selama bertahun-tahun sudah rata diterjang derasnya aliran sungai Cigede.
Sebelum terjadi banjir bandang, ia sempat menitipkan anaknya di rumah kakaknya yang memiliki lantai dua.
Baca juga: Cerita Korban Banjir Bandang Bandung, Rumah Bergetar hingga Tembok Roboh
Sementara, saat itu ia dan sang Ibu tengah berada di rumah setelah membereskan barang antisipasi terjadi banjir.
"Biasanya banjir bertahap dan paling tinggi sekitar 1 meter. Tapi banjir kemarin, tiba-tiba air tinggi. Saya sudah naik ke tempat tinggi di rumah air terus naik," imbuhnya.
Saat air datang, ia mengaku panik, dia berupaya menyelamatkan diri bersama ibunya karena banjir tak seperti biasanya, air langsung tinggi dan deras.
Namun, air terus naik, akhirnya ia menjebol atap.
"Saya sudah naik paranggong (tempat tinggi seperti meja yang dibuat untuk menyimpan barang jika banjir) namun air terus naik. Saya jebol atap, untuk menyelamatkan diri, saat itu tak terpikir apapun hanya bagaimana saya dan ibu bisa menyelamatkan diri, " katanya.
Usai menjebol atap, ia bersama ibunya naik ke atas genteng. Kemudian, tetangga sebelah rumahnya, menolong mereka dan mengevakuasi ke atap rumah tetangganya yang sudah di cor semen.
"Untungnya ibu diberi kekuatan untuk naik ke genteng, di atas genteng, saya teriak teriak minta tolong. Saya dan ibu ditolongnya dibawa ke rumahnya yang atapnya dicor, menyusuri genteng dan akhirnya bisa naik ke rumah tetangga itu," ungkap dia.
Baca juga: Kabupaten Bandung Tetapkan Status Tanggap Darurat Selama 2 Pekan
Kustini mengatakan, saat di atap rumah tetangganya, ia melihat rumahnya ambruk dihantam derasnya air banjir bandang saat itu.
Baru pada Jumat dini hari, ia dan sang Ibu dievakuasi Tim SAR.
"Untung saya sudah naik ke rumah tetangga. Akhirnya Jumat sekiranya pukul 01.00 WIB, ada tim sar mengevakuasi. Saya dievakuasi dengan cara di punggung (duduk diatas pundak tim SAR), lalu tim SAR berjalan dengan memegang tambang menyusuri gang," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.