Solusi yang pertama dilakukannya adalah mengurangi jumlah pembelian dari yang sebelumnya harga Rp 10.000 mendapatkan 13 buah lontong, berubah menjadi harga Rp 10.000 mendapat 12 buah lontong.
Rupanya harga tak kunjung turun sehingga Nurlaela melakukan solusi kedua, yakni memperpendek ukuran lontong, dari yang sebelumnya sekitar 25 sentimeter menjadi 20 sentimeter dengan sekitar diameter 1 inchi.
Satu hal yang tidak pernah Nurlaela ubah, adalah kualitas beras sebagai bahan dasar untuk membuat lontong.
Baca juga: Pilih Perkecil Porsi Saat Harga Beras Mahal, Penjual Nasi di Gunungkidul: Kasihan Pembeli
Dia diamanati oleh orang tuanya untuk terus menggunakan beras premium meskipun harga mahal.
Terbukti meski banyak yang mengeluhkan soal harga, banyak pelanggan tetap setia membeli lontong produksi Nurlaela sekeluarga.
Nursidik (35), pedagang makanan lontong sayur adalah salah satu pelanggan Nurlaela.
Dia sudah enam tahun menjadi pelanggan lantaran kualitasnya lontong yang tetap bagus meski harga beras naik.
"Ini beras mahal ya. Jadi sekarang kelihatannya kecil. Kurang jadinya. Dulu ada versi ukuran gedenya, sekarang mah enggak ada, kecil semua," kata Nursidik kepada Kompas.com di lokasi.
Baca juga: Beras Mahal, Pemkot Madiun Dirikan Enam Wartek Jual Sembako Murah
Untuk menyiasati kenaikan harga lontong, dia mulai menaikan harga jual lontong sayur di tiap porsinya. Biasanya dia menjual Rp 9.000 kini menjadi Rp 10.000.
"Iya imbas harga beras mahal. Jual enggak dikurangi porsinya, tapi harganya yang dinaikin. Kemarin Rp 9.000 sekarang Rp 10.000 per porsi," tambah Sidik.