Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Waskim Ingin Habiskan Sisa Hidup Jadi Marbut Masjid Raya Attaqwa Cirebon

Kompas.com - 20/03/2024, 14:05 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Menjadi Marbut adalah panggilan jiwa. Hal itu tergambar dari sosok Waskim (73), pria lanjut usia yang sudah 16 tahun mengabdi menjadi marbut Masjid Raya Attaqwa Cirebon.

Waskim ingin menghabiskan sisa hidupnya di masjid. Namun sebelum wafat, hanya satu yang ingin dia tunaikan yakni menyempurnakan rukun Islam kelima yaitu ibadah haji.

Jam 03.00 WIB, Waskim sudah bersiap. Dia melangkahkan kaki menuju Masjid Raya Attaqwa yang berjarak sekitar 300 meter dari tempat tinggalnya. Waskim adalah orang pertama yang bertugas membuka pintu masjid sebelum adzan subuh dikumandangkan.

Baca juga: Tak Bisa Andalkan Gaji Marbut Masjid, Thohir Juga Buka Toko Kelontong

"Pokoknya, setiap pagi jam setengah empat, saya harus buka pintu masjid, mempersiapkan salat Subuh berjamaah, itu tugas pagi saya," kata Waskim saat ditemui Kompas.com, Rabu (20/3/2024) siang.

Waskim melanjutkan aktivitasnya sekitar pukul 08.00 WIB untuk ngepel lantai bagian dalam dan luar masjid. Sore hari selepas Ashar, dia menyapu dua area itu.

Tugas terakhir Waskim adalah memastikan kondisi masjid di malam hari dalam kondisi aman dan rapi. Lalu, dia mengunci pintu utama dan kembali pulang ke rumah untuk istirahat.

Baca juga: Sepenggal Perjalanan Spiritual Marbut Masjid di Jakarta Selatan…

"Biasanya tutup masjid jam 22.00 WIB. Tapi kalau ada pengajian ya saya tungguin sampai selesai, kadang sampai jam 00.00 WIB baru selesai, kadang lebih," tambah Waskim.

Pekerjaan menjadi marbut telah dia lakukan sejak 16 tahun lalu, atau pada 2008. Tahun itu, Waskim genap berusia 57 tahun dan harus pensiun dari PT KAI setelah bekerja 33 tahun. 

Bukannya merasa lelah, menjadi marbut justru membuat Waskim merasa hidup lebih bermanfaat dan juga bugar. Dia tidak ingin hanya berdiam diri di rumah, tanpa ada hal yang dikerjakan.

Tahun 2016 silam, Waskim berusia 65 tahun dan harus pensiun dari pekerjaannya sebagai marbut karena terbentur aturan.

Tapi, Waskim meminta pengurus untuk dapat bekerja hingga usia 70 tahun. Saat menginjak usia 70 tahun, Waskim kembali mengajukan diri agar tetap dapat bekerja di masjid ini sampai kapanpun.

"Fisik saya masih kuat kok, saya masih bisa menyapu, ngepel, dan semua tugas fisik saya masih kuat. Dan utamanya saya masih mau mengabdi di masjid ini, saya nyaman," ungkap Waskim.

Waskim bertugas menjaga Kebersihan, Keindahan dan Kenyamanan (K3). Dari pekerjaannya ini, dia mendapatkan upah setara UMK Kota Cirebon sebesar Rp 2.533.038 setiap bulannya.

Namun, saat dia dinyatakan pensiun, Waskim tak lagi dibayar bulanan, melainkan upah harian dengan besaran Rp 75.000 perhari atau sekitar Rp 1.800.000-2.000.000 perbulan.

Baginya, pekerjaan marbut adalah pekerjaan mulia. Marbut berkerja untuk dua dimensi: duniawi yakni mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup harian, dan akhirat untuk melayani orang ibadah sebagai ladang ibadah akhirat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com