KOMPAS.com - Tiga orang korban kecelakaan maut bus study tour SMK Lingga Kencana di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar), ternyata merupakan sepupu.
Ketiga orang korban yang tinggal dalam satu wilayah itu yakni Dimas Aditya, Intan Rahmawati, dan Mahesya Putra.
Ibunda Intan, Siti Masitoh, mengatakan, tiap siswa membayar Rp 800.000 untuk ikut study tour. Total tersebut terdiri dari biaya perpisahan sebesar Rp 700.000 dan kenang-kenangan untuk guru senilai Rp 100.000.
“Rencananya kan mau wisuda di DTC (Depok Trade Center), kemudian diganti wisudanya di Bandung," kata Masitoh.
"Anak saya awalnya gak mau ikut ke Bandung karena tidak suka acara seperti itu (wisata), apalagi sampai menginap, tapi akhirnya ikut karena wisudanya pindah,” sambungnya.
Baca juga: Kontainer Tumbang Menimpa Warga yang Sedang Melayat, 1 Orang Tewas, 1 Luka Berat
Siti mengaku terakhir kali dia berkomunikasi dengan anaknya yakni pada Sabtu (11/5/2024) sekitar pukul 17.00 WIB.
Saat itu, jelasnya, Intan meminta dijemput karena rombongan sudah dalam perjalanan pulang menuju Depok. Akan tetapi, beberapa jam kemudian kecelakaan maut itu terjadi.
Sebagai orangtua, Masitoh berharap, tidak ada lagi kegiatan study tour serupa. Menurutnya, acara perpisahan dan semacamnya bisa dilakukan di lingkungan sekolah.
“Kita bukan sedih lagi, tapi hancur. Anak saya kesakitan, saya tidak bisa tolong,” ujar Masitoh.
Di tempat yang sama, Marsani, Ibunda Dimas, mengenang anaknya sangat senang karena telah lulus sekolah. Bahkan sang anak berencana akan langsung bekerja setelah mendapatkan ijazah SMK.
Baca juga: ODGJ, Pembunuh Ibu Kandung di Sukabumi Sempat Minta Dibunuh Juga
“Sebelumnya juga dia sudah ikut kerja. Dia bilang mau bantu Umi jadi tulang punggung keluarga, "nanti Umi tidak perlu kerja lagi kalau aku sudah kerja". Ternyata bukan kerja malah "pergi",” ucap Marsani.
Sementara itu, Ibunda Mahesya, Rosdiana mengungkapkan, dia terpaksa meminjam uang sebesar Rp 800.000 agar anaknya bisa mengikuti kegiatan tersebut.
Rosdiana menambahkan, dia ingin anaknya senang sehingga dia tidak tega jika Mahesya tidak ikut acara tersebut bersama teman-temannya.
“Namanya orangtua, kita ikut senang kalau anak senang. Kemarin pinjam dulu uangnya ke neneknya. Kasihan juga masa dia sendiri nanti yang tidak ikut,” ungkapnya.
Terungkap bahwa Mahesya dan Dimas bersama seorang temannya yang lain sempat bekerja sebagai kuli angkut pasir sebelum berangkat study tour. Hasil kerja sebagai kuli angkut mereka gunakan untuk bekal study tour.
Baca juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Ile Lewotolok Meningkat, Warga 4 Desa Diimbau Waspada
“Katanya dapat Rp 400.000 untuk bertiga, itu untuk bekal study tour. Mereka angkat pasir karena mobilnya tidak bisa masuk ke gang, mereka yang bawa masuk ke tujuan,” paparnya.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Dedi Mulyadi, bertakziah ke Depok untuk bertemu dengan keluarga ketiga korban kecelakaan maut di Subang tersebut.
Selain memberikan sejumlah uang untuk keperluan para keluarga korban, Dedi Mulyadi juga melunasi utang orangtua Mahesya untuk kegiatan study tour.
Dalam kesempatan itu, Dedi berharap kecelakaan yang merenggut nyawa belasan orang itu bisa segera diusut tuntas.
Dia menegaskan, siapa pun yang terbukti lalai sehingga menyebabkan kecelakaan tersebut, harus bertanggung jawab secara hukum.
Baca juga: Viral Nama New Moscow di Peta Canggu Bali, Polisi: Cuma Orang Iseng
“Saya berharap aparat mengusut tuntas kasus ini, jangan berhenti di sopir, kalau memang pengusahanya ada kelalaian ya harus bertanggung jawab karena ini memakan banyak korban," tutur Dedi Mulyadi.
"Dan menurut saya sudah cukup, tidak boleh lagi ada study tour yang ujungnya piknik seperti ini,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.