Di tengah kerasnya kehidupan, ia tetap teguh, yakin bahwa esok hari akan membawa rezeki dan kebahagiaan yang lebih baik untuknya dan keluarga.
Nama Syam sudah tak asing lagi bagi dunia musik. Ia merupakan pencipta lagu dangdut.
Pedangdut kenamaan pun tak luput dari jasa Syam, seperti Meggy Z, Ona Sutra, Asep Irama, Imam S Arifin, Titiek Nur, Intan Ali, Inne Chintya, hingga Inul Daratista sempat dibuatkan lagu dirinya.
Tahun 1981, Syam memulai kariernya di bidang musik. Saat itu, ia membuat lagu dan mengirimkannya ke industri musik.
"Alhamdulillah, lagu kita yang keterima," ucap Syam.
Tak hanya aktif menawarkan lagu, ada kalanya ia diminta membuat lagu oleh produser musik yang dikenalnya. Ia bersama Yongki RM membuat lagu Inul Daratista berjudul Terima Kasih.
Sebelum Syam bergabung dengan Karya Cipta Indonesia (KCI) dan mendaftarkan lagu miliknya, ia tak menerima uang dari lirik yang ia ciptakan.
Dirinya hanya mendapatkan uang saat awal pembuatan lagu.
Seperti lagu "Biarkan Ku Sendiri" dan "Mengapa Terjadi" yang dijualnya Rp 15.000 tahun 1982.
“Pertama kali jual lagu itu Rp 15.000 ke pimpinan proyek musik, diambil 2 lagu jadi dibayar Rp 30.000,” ungkap Syam.
Setelah merasakan manisnya kehidupan Ibu Kota, Syam terpaksa hijrah ke Sukabumi. Ia harus menelan pil pahit Indonesia berada dalam situasi krisis moneter.
Meskipun Syam sudah pindah ke Sukabumi, masih ada saja orang yang datang kepada dirinya untuk dibuatkan musik.
Jalan Syam mendapatkan royalti mulai terbuka saat bergabung dengan Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI).
Ia tak begitu tahu detail kapan bergabung, tetapi sejak lagu-lagunya didaftarkan, Syam kemudian mendapatkan uang setiap tahunnya.
“Puluhan lagu lebih didaftarkan ke KCI, pendapatan enggak tentu, lagu yang (dinyanyiin) Inul ada dapet Rp 3 juta tahun 2002, tahun ini 2024 dapet cuma Rp 125.000, terus berjalan dua bulan ada tambahan Rp 250.000, tahun kemarin Rp 400.000. Kita kurang paham pokoknya kita hanya terima transferan saja, itu juga pake rekening menantu,” jelas Syam.
Syam mengaku, sarana hiburannya di rumah hanya radio. Tak jarang ia mendengarkan kembali lagu-lagu yang dibuatnya di radio tersebut.
Saat lagu itu diputar, rasa bangga terpatri dalam dirinya. Ia bernostalgia, meski sesekali ia meratapi hidupnya yang tak pernah berubah.
“Lagu ciptaan masih suka didengerin. Perasaan bangga masih dinyanyiin, masih diterima, tapi saya kadang kadang berpikir, kok kehidupan saya gini-gini aja,” kata Syam dengan nada terbata-bata.
Syam hingga saat ini masih sering mengulik bahkan menciptakan lagu. Hal tersebut terjadi begitu saja tanpa direncanakan. Lagu itu kemudian ia nyanyikan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang