Kaki tua yang sudah lelah itu terus melangkah, membawa harapan untuk anak-anak yang menunggu di rumah.
Syam Permana bukanlah pengamen biasa. Ia adalah seorang maestro, pencipta lagu dangdut terkenal dari Kabupaten Sukabumi yang kini harus mengamen untuk menyambung hidup.
Keahlian Syam dalam memetik gitar masih terlihat jelas meski usianya tak lagi muda.
Setiap nada yang dimainkan terasa penuh makna, membawa kenangan akan kejayaan masa lalu.
Sudah sebulan Syam mengamen keliling Sukabumi. Bersama istrinya, dia merasakan suka dan duka dalam mengais rezeki.
Tak jarang mereka diusir dari tempat tertentu, atau digonggongi anjing saat mencoba mencari tempat mengamen yang baru.
“Ada momen istri sandalnya putus, kita lagi cari tali, eh ada orang lain ngasih sandal,” kata Syam.
Meskipun begitu, di tengah kesulitan, Syam dan istrinya tak pernah lupa untuk berbagi.
Mereka kerap memberikan sebagian uang yang mereka peroleh kepada pengemis yang mereka temui di jalan.
Syam dan istrinya dikaruniai enam anak, tetapi satu anak mereka telah meninggal dunia.
Tiga lainnya sudah berkeluarga, sehingga kini mereka tinggal bersama dua anak yang masih bersekolah, satu di SMP dan satu lagi di SMA.
Segala jerih payah yang mereka lakukan semata-mata demi anak-anak mereka, agar bisa terus bersekolah dan meraih masa depan yang lebih baik.
Mungkin tidak banyak yang tahu, Syam Permana dulu adalah nama besar di dunia musik dangdut.
Namun, hidup memang penuh kejutan. Kini, meski usia sudah senja, ia tetap menjalani hari dengan semangat, mengamen dari satu tempat ke tempat lain, membawa gitar dan cinta dari istrinya yang setia menemani.
Bagi Syam, setiap langkahnya adalah perjuangan. Setiap nada yang ia mainkan adalah harapan.