Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Smansa Bandung is Not for Sale", Suara Jeritan Siswa dan Alumni dari Sekolah

Kompas.com, 2 Mei 2025, 15:47 WIB
Agie Permadi,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sebuah poster bertuliskan "SMANSA is NOT FOR SALE" terpasang di depan pintu sekolah SMAN 1 Bandung.

Gerbang pintu sekolah pun ditutupi plastik dan kain warna hitam yang diikat dengan tali.

Di sekitar plastik itu menempel stiker bergambar gelas pecah dengan tulisan "Fragile", stiker lainnya bertuliskan "Selamatkan Sekolah" dan "Selamatkan Aset Pendidikan".

Instalasi seni ini merupakan karya dari para siswa dan alumni SMAN 1 Bandung.

Karya tersebut merespons putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung yang mengabulkan gugatan yang diajukan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) terkait sengketa lahan sekolah tersebut.

Baca juga: Sikap Kepala Sekolah SMAN 1 Bandung soal Sengketa Lahan dengan Perkumpulan Lyceum Kristen

Ketua Cakrawala SMAN 1 Bandung, Fathiya Allisha, menjelaskan instalasi seni ini berangkat dari konsep yang ditawarkan alumni yang kemudian digodok bersama siswa.

Pengerjaan karya seni ini dilakukan secara gotong royong antara siswa dan alumni pada Sabtu (25/4/2025) lalu.

"Kami setuju karena vibes-nya juga sedang berduka, warna hitam ini melambangkan ketidakadilan atau matinya keadilan," kata Fathya saat ditemui di SMAN 1 Bandung, Kota Bandung, Jumat (2/5/2025).

Menurut Fathya, poster "NOT FOR SALE" memiliki arti bahwa sekolahnya itu bukanlah sebuah komoditas yang bisa diperjualbelikan.

"Ini tuh milik negara, ini milik anak bangsa, jadi tidak bisa diperjualbelikan," ucapnya.

Rayakan Hari pendidikan Nasional, SMAN 1 Bandung gelar mimbar sekolah ekspresikan diri atas kondisi putusan PTUN yang mengabulkan gugatan PLK, Jumat (2/5/2025).KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Rayakan Hari pendidikan Nasional, SMAN 1 Bandung gelar mimbar sekolah ekspresikan diri atas kondisi putusan PTUN yang mengabulkan gugatan PLK, Jumat (2/5/2025).

Adapun gerbang sekolah yang ditutupi plastik dan kain hitam melambangkan rasa dukacita yang mendalam.

"Kami ini sedang berdukacita, tali yang terikat itu simbol bahwa kami sedang terkungkung oleh sesuatu. Kami mau melawan, ingin terbebas dari kungkungan tersebut," ucapnya.

Adapun stiker bertuliskan "Fragile" menyiratkan betapa rapuhnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Baca juga: Tegaskan Banding Sengketa Lahan SMAN 1 Bandung, Dedi Mulyadi: Kami Yakin Itu Aset Jabar

Kepala Sekolah SMAN 1 Bandung, Tuti Kurniawati, mengatakan karya seni ini merupakan bentuk aspirasi siswa SMAN 1 Bandung yang tergabung dalam ekstrakurikuler Cakrawala dan Gideon serta alumni.

"Ini bentuk aspirasi anak-anak dan kami sangat menghargai. Katanya mereka (siswa) akan bekerja sama dengan alumni yang di FSRD ITB. Bekerja sama dengan alumni dan ini tematik akan berganti," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau