Tidak hanya menciptakan arena baru untuk pejalan kaki saja, Teras Cihampelas kala itu menjadi salah satu strategi Pemkot Bandung untuk menatadan menertibkan kawasan wisata Cihampelas yang dipadati lapak-lapak pedagang kaki lima di kanan kiri jalannya.
Pada waktu itu, tidak kurang dari 192 pedagang kuliner dan suvenir dipindahkan ke Teras Cihampelas dan menempati kios yang dicat berwarna warni.
Namun ketika pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, para pedagang terutama yang berjualan souvenir satu demi satu tumbang, bangkrut, habis modal dan tidak sanggup lagi berjualan saat ini.
Kini, hanya tinggal 30-an pedagang awal yang bertahan di Teras Cihampelas. Semuanya berniaga kuliner.
Teras Cihampelas pun berupaya untuk memfasilitasi pengunjung disabilitas.
Namun, jika hari ini berkunjung ke Teras Cihampelas, akan terlihat satu lift khusus penyandang disabilitas yang saat ini sudah rusak, tidak terpakai dan penuh coretan.
Untuk akses menuju antar teras, tersedia pula jalur khusus yang bisa dilewati kursi roda.
Kini, di tahun 2025, di bawah kepemimpinan baru Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, keberadaan Teras Cihampelas justru menjadi polemik.
Dedi meminta Farhan untuk membongkar bangunan tersebut.
Menurut Dedi, pedestrian Teras Cihampelas justru membuat kawasan yang dulunya dikenal sebagai pusat jins itu kini semrawut, macet, dan berbau tak sedap.
"Pak Wali Kota harus merapikan Jalan Cihampelas karena jalannya menyempit dan bau haseum (asam)," kata Dedi saat bersama Farhan di Bandara Husein Sastranegara Bandung, Rabu (2/7/2025).
"Pak Wali Kota ini saya lihat pemberani, tetapi ada sedikit takutnya," ujarnya sambil tertawa.
Menanggapi itu, Farhan menyatakan kesiapannya untuk melakukan penataan Jalan Cihampelas.
"Siap, Pak Gubernur, sekarang lagi proses," kata Farhan.
Namun, Farhan menegaskan bahwa pembongkaran Teras Cihampelas tak bisa dilakukan begitu saja.