Editor
BANDUNG, KOMPAS.com – Dari krisis pandemi, lahirlah kafe yang juga mengusung misi sosial Bernama Temu Kamu.
Kafe tersebut kini sudah membentuk jaringan dan Bandung menjadi kafenya ke-9 dengan salah satu misi yang terus dijaga yakni memberdayakan karyawan terdampak Covid-19 dan pelaku usaha lokal.
CEO Temu Kamu, Denis Yonathan mengatakan, ide bisnis ini berawal pada akhir 2020, ketika usahanya di sektor F&B yang telah berjalan 15 tahun terpaksa tutup akibat pandemi.
Saat itu, interaksi tatap muka hilang, banyak karyawan dirumahkan, dan operasional berhenti total. Dari sana, hatinya tergerak.
“Bisnis tidak boleh hanya profit oriented, tapi juga harus melibatkan masyarakat sekitar dan memaksimalkan SDM yang ada,” kata Denis dalam rilisnya, Selasa (12/8/2025).
Ketika pembatasan sosial membuat banyak usaha gulung tikar, Denis bersama timnya merumuskan visi baru: membangun bisnis yang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Temu Kamu kemudian resmi berdiri pada akhir 2020, dengan membuka gerai di Bekasi, Depok, Pamulang, Yogyakarta, dan Cibubur.
Dari awal, konsepnya tak hanya menjual makanan dan minuman, tetapi juga menyediakan ruang bagi komunitas lokal untuk mengadakan acara, mulai dari pertunjukan musik hingga diskusi kreatif.
“Kami ingin energi komunitas tetap hidup. Kafe ini terbuka untuk berkolaborasi,” ujar Denis.
Baca juga: Kisah Sukses Bumdes Mekar Jaya di Kuningan, Ubah Limbah Tutut menjadi Kuliner Khas
Bandung dipilih sebagai salah satu kota penting dalam ekspansi Temu Kamu. Sebelumnya, gerai telah hadir di Yogyakarta, Wonosobo, dan Batu. Setelah Bandung, pihaknya berencana membuka cabang di Bali.
Kafe ini menawarkan menu special seperti rahang tuna rica dan tiramisu bowl. Di Bandung, hadir pula varian tiramisu jar.
“Kopi susu Temu Kamu jadi favorit. Kami pakai 100 persen biji arabika dari petani lokal seperti Bali Kintamani, Toraja, dan Aceh,” tutur Denis.
Ia menegaskan tidak menggunakan kopi impor demi mendukung petani lokal dan menjaga cita rasa khas Indonesia.
Untuk cabang Bandung, Temu Kamu menggandeng sekitar lima pelaku UMKM yang akan memamerkan atau menjual produk mereka di kafe.
Produk yang dipilih harus memiliki nilai jual sekaligus membawa dampak positif, termasuk upaya pengurangan sampah plastik.