"Ya, siap tidak siap, ya. Sudah menjadi komitmen pekerjaan, harus siap ditempatkan di mana saja," ujarnya.
Meski begitu, Erwin sempat merasa keder ketika mengetahui tempat kerja barunya.
Namun, seiring waktu, ia mengaku mulai terbiasa dengan tempat persemayaman terakhir itu.
"Alhamdulillah, selama bekerja di sini, tidak pernah mengalami hal yang aneh-aneh. Lancar-lancar saja," ucapnya sambil tersenyum.
Erwin mengaku banyak mendapatkan pengalaman hidup yang bermakna selama bertugas sebagai penjaga makam.
Mulai dari tata cara mengurus jenazah hingga memahami berbagai perbedaan tradisi yang dianut masyarakat saat mengebumikan jenazah.
"Saya tentunya harus menghormati perbedaan itu. Karena itu, saya selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak ahli waris saat hendak menguburkan jenazah," terangnya.
Apalagi, jelas Erwin, pemakaman di TPU Pasarean Agung saat ini menggunakan sistem tumpang, mengingat sudah tidak ada lagi lahan kosong untuk mengebumikan jenazah.
Baca juga: Kisah Asep, Penjaga Makam di Bandung, Ikhlas Merawat meski Tanpa Upah
Sebenarnya, terang dia, sistem pemakaman tumpang ini sudah lama diterapkan karena keterbatasan lahan.
Karena itu, yang dapat dimakamkan di sini hanya jenazah yang memiliki anggota keluarga yang sebelumnya telah dimakamkan di lokasi yang sama.
"Bahkan, ada yang makamnya sudah ditumpang hingga tujuh kali. Saat pertama kali saya bertugas di sini, makam itu sudah ditumpang untuk keempat kalinya,” ujarnya.
Erwin yang sedang menunggu kelahiran putri keduanya ini menaruh harapan bisa diangkat status kepegawaiannya yang saat ini masih tercatat sebagai honorer.
"Mudah-mudahan tahun ini ada rezekinya, bisa diangkat," ucapnya penuh harap.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang