Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Bisa Kelola Sampah Mandiri, Warga Citepus Kini Tak Lagi Kotori Citarum

Kompas.com - 19/08/2022, 16:02 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Warga Kampung Citepus, Kelurahan Pesawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengelola sampah secara mandiri.

Mulai dari sampah botol plastik bekas makanan dan minuman (non-organik) hingga sampah rumah tangga (organik) dikelola secara bergotong-royong.

Warga mengelola sampah sendiri dengan memanfaatkan alat pengelolaan sampah yang merupakan fasilitas dari Satgas Citarum Harum Sektor 7.

Baca juga: Warga Bantul Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bangunan

Dadan (42) Ketua RT 04  yang juga menjadi operator pengelolaan sampah mengatakan, pemanfaatan alat tersebut sudah disepakati warga.

Bahkan, saat ini sebanyak dua RW sudah terlayani oleh alat tersebut dan hanya diwajibkan iuran Rp 15.000 per bulan.

"Jumlah RW yang dilayani RW 1 dan RW 6, satu RW terdiri dari 4 RT, jumlah KK yang dilayani 607, jumlah jiwa yang dilayani 1.676," katanya ditemui Kompas.com, Jumat (19/8/2022).

Warga Kampung Citepus memanfaatkan alat pemusnahan sampah yang merupakan fasilitas dari Satgas Citarum Harum Sektor 7. Alat tersebut menjadi pilihan lantaran masih buruknya pengelolaan sampah di Kabupaten BandungKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga Kampung Citepus memanfaatkan alat pemusnahan sampah yang merupakan fasilitas dari Satgas Citarum Harum Sektor 7. Alat tersebut menjadi pilihan lantaran masih buruknya pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung

Jauh sebelumnya, kata dia, warga tidak mampu mengelola sampah secara mandiri. Walhasil, bantaran sungai Citarum sempat dipenuhi dengan sampah warga.

Tidak hanya itu, warga Kampung Citepus sempat difasilitasi dengan alat pengelolaan sampah yang dihadirkan oleh salah satu lembaga.

Baca juga: Mesin Pengolah Sampah Buatan Anak SMK Pemalang Diklaim Bisa Hasilkan 500-1000 liter per hari

Namun, lanjut dia, ketika dibentuk tim operator pengelolaan sampah, warga merasa keberatan dengan biaya operasional yang cukup tinggi.

"Alat yang lama itu berat di operasional. Kemudian tahapannya cukup rumit, dan pengolahannya cukup lama. Akhirnya, alat itu yang gak aktif lagi," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com