Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satwa Langka Katak Pohon Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana Karawang

Kompas.com - 11/09/2023, 13:51 WIB
Farida Farhan,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak pohon mutiara (Nyctixalus margaritifer), salah satu satwa langka endemik Jawa di Pegunungan Sanggabuana.

SWR merupakan tim jagawana yang dibentuk Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) yang juga melakukan penelitian dan pendataan keaneragaman hayati di Pegunungan Sanggabuana.

Katak itu ditemukan tim SCF di aliran Sungai Curug Cikoleangkak ketika sedang melakukan eksplorasi dan pendampingan kegiatan pengenalan biodiversity dengan Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Islam As-Syafi’iyah Pondok Gede, pada Jumat, 8 September 2023 lalu.

Baca juga: Kisah Samsudin, Mengabdikan Hidup Jadi Pendongeng Keliling untuk Perjuangkan Satwa Langka Indonesia

Kepala Divisi Litbang SCF Koko mengatakan, katak pohon yang berwarna oranye cerah dengan banyak bintik putih ini ditemukan pada malam hari.

"Ketemunya malam hari, di sebuah daun pohon ketika menyeberang sungai kecil di bawah Curug Cikoleangkak menuju basecamp kami di Cikoleangkak. Lokasi penemuan di ketinggian sekitar 600 mdpl (meter di atas permukaan laut),” ujar Koko dalam keterangan pada Kompas.com, Senin (11/9/2023).

Koko mengatakan, penemuan katak yang populasinya menurun itu menambah daftar temuan keanekaragaman di Sanggabuana. Selain itu, ditemukannya spesies ini menunjukkan bahwa lingkungan Sanggabuana masih baik.

Katak, kata Koko, merupakan bio indikator. Jika masih banyak ditemukan katak, apalagi katak jenis langka seperti katak pohon mutiara, menandakan lingkungannya masih baik.

"Jadi bisa dikatakan kawasan hutan dan perairan di sekitar aliran sungai Cikoleangkak ini masih bagus," ujar Koko.

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, java tree frog atau pearly tree frog ini masuk dalam ketegori Least Concern (LC) atau risiko rendah berdasarkan data assesment tahun 2017 yang dipublikasikan pada tahun 2018.

Dari laman IUCNRedList juga dikatakan bahwa populasi katak pohon mutiara yang masuk dalam family Rhacophoridae ini menurun (decreasing). Peta persebarannya banyak ditemukan di Jawa Barat, namun belum pernah ditemukan data di sekitaran Gunung Sanggabuana.

Novi Hardianto, alumni Biologi Universitas Islam As-Syafi’iyah yang mendampingi para juniornya di lapangan ketika pengenalan biodiversity di Pegunungan Sanggabuana menyambut baik penemuan katak pohon mutiara.

Penemuan satwa langka ini, kata Novi, sekaligus sebagai edukasi di lapangan tentang bagaimana peran sebuah takson sebagai indikator lingkungan, bagaimana habitanya, dan potensi ancaman penurunan populasi akibat perubahan fungsi kawasan hutan. Sekaligus mitigasi untuk mencegah penurunan populasinya.

Katak Pohon Mutiara sering juga disebut dengan Katak Pohon Jawa, dan merupakan amfibi endemik di Pulau Jawa. Walaupun lebih sering ditemukan di wilayah hutan hujan tropis di Jawa Barat.

"Ciri khas keunikannya adalah warna oranye kecokelatan dan adanya bintik-bintik putih acak yang ada di sebagian besar tubuhnya. Bintik putih atau merah kuning keputihan mirip mutiara inilah yang menyebabkan katak ini disebut katak pohon mutiara,” ujar Novi Hardianto.

Katak pohon mutiara yang ditemukan di Pegunungan Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat ini berukuran kurang lebih lebar 3 cm dan panjang sekitar 7 cm.

Lokasi penemuan katak pohon mutiara ini berada di lokasi yang sama dengan penemuan katak tanduk jawa (Megophrys montana) dan ular naga jawa (Xenodermus javanicus) yang ditemukan tim SCF tahun lalu.

Habitat katak pohon mutiara adalah di hutan hujan tropis, dan bisa ditemui sejak di ketinggian 500-1.200 mdpl.

Baca juga: Saat Pemburu Liar Berkedok Pengusir Hama Ancam Satwa Langka Pegunungan Sanggabuana

Sesuai namanya, katak ini sering dijumpai di dedaunan pohon di dekat aliran sungai. Kadang juga bersembunyi di lubang-lubang batu atau lubang pohon, terutama ketika sedang berkembang biak. Katak pohon ini cenderung sensitif terhadap perubahan lingkungan atau perubahan habitat, sehingga bisa dijadikan indikator perubahan lingkungan.

Ancaman terbesar katak pohon mutiara adalah perubahan fungsi hutan, juga penangkapan di alam oleh manusia. Ketika populasinya di alam terus menurun, kadangkala amfibi cantik dan unik ini bisa ditemui di marketplace, dijual sebagai satwa liar untuk dipelihara.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cegah Kasus Emas Palsu, Dedi Mulyadi Cek Keaslian Mahar Saat Jadi Saksi Nikah Anak Kades di Purwakarta

Cegah Kasus Emas Palsu, Dedi Mulyadi Cek Keaslian Mahar Saat Jadi Saksi Nikah Anak Kades di Purwakarta

Bandung
Penodong Orang di Bandung Ternyata Polisi Gadungan, Sering Palak Warga

Penodong Orang di Bandung Ternyata Polisi Gadungan, Sering Palak Warga

Bandung
Ada 3 Versi Data Bencana Gempa, Pemkab Garut Hitung Ulang

Ada 3 Versi Data Bencana Gempa, Pemkab Garut Hitung Ulang

Bandung
Deden Pasrahkan Rumahnya Kembali Rusak Dihantam Gempa

Deden Pasrahkan Rumahnya Kembali Rusak Dihantam Gempa

Bandung
Puluhan Bangunan di Tasik Terdampak Gempa, Satpam Bank Tertimpa Kaca

Puluhan Bangunan di Tasik Terdampak Gempa, Satpam Bank Tertimpa Kaca

Bandung
Mengenal Relawan ODGJ Cirebon, Perjuangan Memanusiakan Manusia

Mengenal Relawan ODGJ Cirebon, Perjuangan Memanusiakan Manusia

Bandung
Diduga Hirup Gas, 2 Pekerja Tewas di dalam Gorong-gorong di Dago

Diduga Hirup Gas, 2 Pekerja Tewas di dalam Gorong-gorong di Dago

Bandung
Pemkab Garut Tetapkan 14 Hari Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi

Pemkab Garut Tetapkan 14 Hari Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi

Bandung
Pemda di Jabar Diminta Tak Asal Keluarkan Izin Bangunan karena Bencana

Pemda di Jabar Diminta Tak Asal Keluarkan Izin Bangunan karena Bencana

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Senin 29 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Bandung
5 Jalan Bersejarah di Bandung dan Kisah Menarik di Baliknya

5 Jalan Bersejarah di Bandung dan Kisah Menarik di Baliknya

Bandung
Analisis Badan Geologi, Penyebab Gempa Garut akibatkan Bencana di 1979, 2022, dan 2023

Analisis Badan Geologi, Penyebab Gempa Garut akibatkan Bencana di 1979, 2022, dan 2023

Bandung
Palak Warga Pakai Pistol Korek Api, 2 Pemuda di Bandung Diringkus

Palak Warga Pakai Pistol Korek Api, 2 Pemuda di Bandung Diringkus

Bandung
Cerita Hendi Selamatkan Keluarganya Saat Gempa Garut, Semua Benda Ditabrak

Cerita Hendi Selamatkan Keluarganya Saat Gempa Garut, Semua Benda Ditabrak

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com