Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangkas Biaya Distribusi, Dedi Mulyadi Usul Tarif Tol Murah untuk Angkutan Pangan

Kompas.com - 03/04/2024, 16:06 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Calon anggota DPR RI, Dedi Mulyadi, mengusulkan adanya tarif tol khusus untuk angkutan pangan agar dapat menekan biaya distribusi yang saat ini semakin mahal.

Usulan tersebut dilontarkan Dedi usai berbincang dan membantu sopir truk pengangkut beras yang mengalami pecah ban dan patah as di area tol Jakarta-Cikampek.

Usai perbincangan itu, Dedi mengatakan, sopir dan kernet mendapatkan uang sekitar Rp 800.000 yang merupakan sisa perjalanan selama empat hari.

“Empat hari jalan dapatnya Rp 800.000, itu dibagi dua sama kernet. Jadi seorang dapat Rp 400.000 untuk empat hari, atau Rp 100.000 sehari,” kata Dedi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Rabu (3/4/2024).

Baca juga: Video Asusila Karyawati Bank di NTT Dicuri dan Disebar Tukang Servis HP

Dedi menyampaikan, penghasilan sopir truk saat ini semakin menurun akibat tarif tol dan BBM yang terus naik.

“Sekarang yang saya sayangkan harga tol naik tapi mulai Cikampek sampai Cikunir rusak parah. Sudah mahal tapi jalannya tidak mulus. As cepat patah, velg pecah seperti sekarang ini,” ujar Dedi.

Karena itu, Dedi berharap, calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, bisa membuat kebijakan untuk menekan biaya distribusi agar dapat menyediakan pangan murah.

Menurutnya, tarif tol khusus dengan harga yang lebih murah untuk angkutan pangan akan mempengaruhi harga jual di pasaran.

“Kalau mau harga pangan murah, termasuk beras, menurut saya biaya angkutan pangan yang masuk ke tol harus murah dan mendapat prioritas agar kebutuhan masyarakat semakin terjangkau,” ucap Dedi.

Baca juga: PKB Blora Bakal Kembali Usung Arief Rohman Sebagai Calon Bupati dalam Pilkada 2024

Dedi menyatakan, ada banyak bahan pangan yang harga jual dari petani tidak mahal, namun menjadi sangat mahal ketika telah sampai di pasar.

Penyebab hal itu, dia menjelaskan, salah satunya karena proses distribusi yang terlalu panjang dan mahal.

“Jadi akibatnya sopir tetap dapat (upah) kecil, petani juga (untungnya) kecil, yang besar (untungnya) itu ya calo,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com