Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon: Metode Salibu Bisa Lepaskan Indonesia dari Ketergantungan Impor Beras

Kompas.com, 9 Oktober 2024, 15:54 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon, menyatakan bahwa lahan sawah seluas 13,5 hektare di Kampung Ciherang, Desa Kiangrongke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, harus menjadi salah satu lumbung pangan agar Indonesia tidak lagi mengimpor beras.

Fadli menjelaskan bahwa lahan sawah tersebut merupakan lahan percontohan yang menggunakan metode Salibu dalam pengelolaannya.

"Metode ini memungkinkan para petani di Kampung Ciherang untuk memanen padi sebanyak empat kali dalam setahun," ujarnya.

Menurutnya, dengan penerapan metode tersebut, Indonesia memiliki peluang besar untuk lepas dari ketergantungan impor beras di masa depan.

Baca juga: Bulog Solo Salurkan Bantuan Pangan Tahap III Oktober, Beras Lewati Tahap Uji Kualitas

"Kita bisa optimis tidak lagi impor beras. Ini sangat penting karena impor beras akan mengeluarkan devisa dan merugikan petani, terutama saat panen raya," tambahnya saat ditemui usai kegiatan Panen Raya pada Rabu (9/10/2024).

Selain frekuensi panen yang meningkat, lahan sawah di Kampung Ciherang juga mampu menghasilkan 35 ton beras dalam satu tahun.

Fadli menegaskan bahwa hasil tersebut sejalan dengan misi pemerintahan Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan, yang pernah dicapai oleh pemerintah Indonesia di masa lalu.

Politisi Partai Gerindra ini juga mengungkapkan bahwa penerapan metode Salibu dalam sektor pertanian akan mempermudah pelaksanaan program makan bergizi yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo.

"Mudah-mudahan ini bisa dicontoh. Jika panennya bisa mencapai 35 ton setahun, itu pencapaian yang luar biasa. Program makan siang bergizi bagi anak-anak sangat penting untuk kebutuhan pangan," ungkapnya.

Fadli berharap teknik Salibu yang kini banyak digunakan oleh petani, baik di Jawa Barat maupun di daerah lainnya, dapat dikembangkan dan disempurnakan.

"Mudah-mudahan panen kita bisa benar-benar maksimal. Ini adalah contoh dan tonggak yang baik untuk masa depan ketahanan pangan kita," tutupnya.

Apa itu metode Salibu?

Metode Salibu atau Sambung Lurus Berbunga adalah teknik budidaya padi yang dikembangkan untuk meningkatkan produksi padi. Metode ini bertujuan memperpanjang usia produktif tanaman padi dengan memanfaatkan batang padi yang dipotong setelah panen pertama.

Dengan teknik ini, bagian pangkal tanaman padi yang masih hidup akan mengeluarkan tunas baru, yang dapat tumbuh dan menghasilkan bunga serta padi baru untuk panen kedua tanpa harus menanam ulang dari benih.

Keuntungan dari metode SALIBU ini antara lain:

- Hemat waktu dan biaya karena tidak perlu melakukan penanaman ulang.

- Potensi peningkatan produksi karena tanaman bisa menghasilkan beberapa kali panen.

- Efisiensi lahan karena menggunakan lahan yang sama tanpa masa tunggu terlalu lama untuk penanaman berikutnya.

Baca juga: Tantangan Karawang Menjaga Lumbung Padi di Era Industrialisasi

Namun, metode ini memerlukan perawatan yang cermat, terutama dalam pemotongan batang yang tepat dan pemeliharaan tunas agar bisa tumbuh optimal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau