Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Tasikmalaya Sang Mutiara dari Priangan Timur, Letusan Gunung Galunggung

Kompas.com, 13 Maret 2021, 09:00 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kabupaten Tasikmalaya menjadi perhatian publik setelah muncul klaster senam. Dari hasil tracing, sebanyak 47 orang dinyatakan positif Covid-19.

Klaster tersebut muncul setelah mereka mengikuti kegiatan wisata di kawasan Gunung Papandayan, Garut. Saat itu ada 40 anggota klub senam yang ikut.

Mereka berangkat menggunakan satu bus, dua mobil pribadi, dan satu sepeda motor.

Baca juga: Berawal dari Wisata Bersama-sama, Klub Senam di Tasikmalaya Jadi Klaster Covid-19

Sang Mutiara dari Priangan Timur

Tasikmalaya tak bisa dipisahkan dari Provinsi Jawa Barat. Kota bersejarah ini dijuluki sebagai Sang Mutiara dari Priangan Timur.

Nama Tasikmalaya ada dalam administrasi Hindia Belanda pada tahun 1820. Kala itu, nama tersebut digunakan Distrik Tasjikmalaija op Tjitjariang dengan wilayah sepanjang 37 pal.

Diperkirakan nama Tasikmalaya pertama kali digunakan sekitar tahun 1816-1820.

Baca juga: Klaster Senam Tasikmalaya, 47 Orang Positif Covid-19 dan Kemungkinan Bertambah

Dikutip dari buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM, di masa lampau di wilayah Tasikmalaya ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Galungung.

Kerajan tersebut berdiri pada 13 Bhadrapa 1033 Saka atau 21 Agustus 1111. Penguasa pertama adalah Batari Hyang.

Kala itu ada ajaran yang dikenal dengan Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajaran tersebut menjadi ajaran resmi di masa Prabu Siliwangi yang bertahta di Pakuan.

Kerajaan Galunggung bertahan hingga enam kali pergantian raja yang semuanya masih keturunan Batari Hyang.

Baca juga: Klaster Senam Tasikmalaya, Berawal Anggota Alami Anosmia Usai Ultah Klub hingga Wabup Menilai RT Seharusnya Mencegah

Letusan Gunung Galunggung

Pemandian Citiis Galunggung Tasikmalayainstagram.com/chep_agan Pemandian Citiis Galunggung Tasikmalaya
Pada masa lalu, Tasikmalaya bernama Sukapura yang berada di bawah kekuasaan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.

Ada dua versi terkait asal-usul nama Tasikmalaya.

Versi pertama, Tasimalaya berasal dari dua kata Bahasa Sunda yakni keusik yang berarti pasir dan nglayah yang berarti bertebaran. Sehingga secara garis besar, Tasikmalaya berarti pasir yang bertebaran.

Versi ini terkait letusan Gunung Galunggung pada tahun 1822 yang berpengaruh besar pada Kabupaten Sukapura.

Saat letusan terjadi, banyak pasir yang menyelimuti Sukapura sehingga daerah tersebut disebut Keusik Nglayah yang kemudian dikenal dengan nama Tasikmalaya.

Baca juga: Main ke Shelter Galunggung, Minum Kopi hingga Cari Spot Instagramable

Versi kedua menyebut Tasikmalaya berasal dari dua kata yakni "tasik" dan "malaya" Tasik berarti laut, telaga, atau air yang menggenangi wilayah. Sedangkan malaya berarti jajaran gunung-gunung.

Sehingga Tasikmalaya dapat dimaknai dengan gunung yang banyak lasksana air laut.

Disebutkan letusan gunung menyebabkan terbentuknya jurang-jurang yang terjal dan membentuk sebuah formasi sepatu kuda ke arah timur Gunung Galunggung.

Konon ada 3.647 bukit-bukit kecil di kawasan tersebut yang memperkuat ciri khas geografis Tasikmalaya.

Baca juga: Cerita Polwan Ingin Gendong Nenek Renta Saat Pembagian Sembako di Gunung Galunggung

Payung Geulis merupakan payung tradisional dari daerah Tasikmalaya. Payung ini paling mendapat perhatian warga Moskow yang berbondong-bondong ke anjungan Jawa Barat dalam Festival Indonesia 2019 yang digelar di Taman Krasnaya Presnya, Kota Moskow, Rusia, 2 hinga 4 Agustus 2019.  Dok. Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat Payung Geulis merupakan payung tradisional dari daerah Tasikmalaya. Payung ini paling mendapat perhatian warga Moskow yang berbondong-bondong ke anjungan Jawa Barat dalam Festival Indonesia 2019 yang digelar di Taman Krasnaya Presnya, Kota Moskow, Rusia, 2 hinga 4 Agustus 2019.
Sayangnya bukit-bukit kecil tersebut sudah tak ada lagi karena pembangunan. Yang tertinggal hanyalah nama bukit di tengan Kota Tasikmalaya.

Dari cerita tersebut, banyak orang yang berpendapat jika nama Tasikmalaya ada setelah Gunung Galunggung melestus.

Hal tersebut diperkuat dengan laporan Residen Priangan di tahun 1816 yang tidak menyebut nama Tasikmalaya sebagai sebagai sebuah distrik.

Sementara itu, setelah masa Kerajaan Galunggung, ada periode kepemimpinan Sukakerta, cikal bakap Sukapura yang menjadi Tasikmalaya.

Sukakerta berpusat di (daerah Salopa) yakni daerah yang merdeka dari pengaruh kekuasaan manapun.

Baca juga: Tasikmalaya Gelar Sayembara Logo Geopark Galunggung dengan Hadiah Rp 20 Juta

Sukakerta merupakan salah satu daerah bawahan dari kerajaan Sunda Pajajaran yang berpusat di Pakuan.

Penguasa pertama Sukakerta adalah Sri Gading Anteg.

Masa hidup Sri Gading Anteg diperkirakan sejaman dengan Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja), yaitu sekitar akhir abad XV sampai awal abad XVI.

Sementara Dalem Sukakerta yang bernama Brajayuda adalah penerus tahta Sukakerta, yang hidupnya diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) sebagai penerus tahta kerajaan Pajajaran sepeninggal Prabu Siliwangi.

Baca juga: Kisah Penumpang KA Galunggung, dari Kehabisan Tiket hingga Pengalaman Pertama Naik Kereta

Kota penuh sejarah

Desain kelom dalam pameran seni tradisional kelom dan payung geulis Si Geulis dari TasikmalayaWAWAN H PRABOWO Desain kelom dalam pameran seni tradisional kelom dan payung geulis Si Geulis dari Tasikmalaya
Tasikmalaya mencatat beberapa sejarah di masa penjajahan salah satunya perjuangan melawan Jepang yang dipimpin oleh KH Zaenal Mustofa di Singaparna.

Tasikmalaya juga mencatat sejarah penerbangan pertama dengan pesawat terbang yang menggunakan bendera merah putih dari Pangkalan Udara Cibeureum.

Penerbangan tersebut dilakukan oleh pilot Adi Sutjipto dan Basyir Surya.

Selain itu kongres pertama Koperasi Indonesia juga dilakukan di Tasikmalaya yang melahirkan Hari Koperasi pada 12 Juli serta lahirnya konsep pertahanan keamanan rakyat semesta (Hankamrata).

Baca juga: Di Moskow, Payung Geulis Asal Tasikmalaya Laris Manis Terjual

Saat ini Tasikmalaya terkenal dengan berbagai kerajinan seperi bordir, payung geulis yang menjadi ikon Jawa Barat, kelom geulis sandal tradisional hingga batik Tasikmalaya.

Tak hanya itu. Tasikmalaya juga dikenal dengan panorama alam yang indah seperti Situ Gede, Gunung Galunggung, Cipatujah, dan obyek wisata lainnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau