Kampung adat ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya.
Lokasinya berada di kawasan lembah yang tenang dan jauh dari keramaian kota.
Salah satu daya tarik dari kampung ini adalah kebijakan kampung yang menolak modernisasi.
Mereka hidup bersahaja, tanpa lampu, tanpa listrik. Kesederhanaan itu juga tercermin pada rupa bangunan rumah di Kampung Naga yang masih berbentuk rumah panggung.
Baca juga: Melestarikan Tradisi Karuhan di Kampung Naga Tasikmalaya, Dua Bukit Jadi Sumber Kehidupan
Rumah tersusun dari kayu dan bambu, sedangkan bagian atapnya terbuat dari daun nipah dan ijuk, atau bisa menggunakan alang-alang. Pasalnya, ada larangan untuk membangun rumah dari genteng atau dinding bata, meski mereka sebenarnya mampu.
Meski begitu, bentuk rumah yang sederhana di area persawahan membuat kita seolah terisap ke zaman dahulu dan suasana itu yang menjadi pesona Kampung Naga.
Berbagai upacara dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu, seperti upacara pergantian tahun tiap 27 Muharram. Kemudian, membersihkan benda atau senjata yang dianggap sakral tiap tanggal 12 Maulud.
Baca juga: Merawat Tradisi di Kampung Naga
Wisatawan yang berkunjung ke Kampung Naga bisa belajar bagaimana keseharian dan aktivitas budaya masyarakat setempat yang memegang teguh kearifan lokal dari leluhur.
Salah satunya, kaum pria wajib memakai iket (ikat kepala) dan larangan memakai baju kurung, serta tidak boleh bersepatu dan bersandal.
Namun, bagi pengunjung dari luar, aturan itu tidak berlaku.
Untuk bisa menikmati suasana dan budaya di Kampung Naga, wisatawan tak perlu membayar tiket masuk.
Pasalnya, masyarakat di sini sangat terbuka terhadap wisatawan. Bagi yang berminat untuk menginap pun diperbolehkan, dengan menggunakan rumah warga.
Untuk dari Kota Garut menuju Kampung Naga ini bisa ditempuh wisatawan dengan jarak tempuh 26 kilometer, dengan waktu tempuh lebih kurang 1 jam.
Sedangkan, apabila berangkat dari Kota Tasikmalaya, jarak tempuhnya lebih kurang 30 kilometer.