Wilayah Sumedang kemudian diserahkan kepada VOC melalui konsesi yang disepakati antara Pakubuwana I dari Mataram Kartasura dengan perusahaan Belanda tersebut.
Nama Sumedang sendiri diambil dari nama kerajaan yang ada di kabupaten ini pada masa lampau yaitu Kerajaan Sumedang Larang.
Sebagaimana diungkap sebelumnya, Sumedang Larang merupakan nama pengganti kerajaan yang ada sebelumnya yaitu Kerajaan Tembong Agung.
Pada perkembangannya, nama untuk wilayah Sumedang ini mengalami beberapa kali perubahan.
Setelah Tembong Agung, nama daerah ini diubah menjadi Himbar Buana oleh Prabu Tajimalela.
Saat itu, sang prabu bersabda “Insun medal Insun madangan”, yang artinya aku dilahirkan dan aku menerangi.
Konon asal-usul nama Sumedang diambil dari perkataan Prabu Tajimalela itu yaitu pada bagian Insun Madangan.
Masyarakat sekitar mengalami perubahan pengucapan terhadap kata Insun Madangan itu menjadi Sun Madang, yang perkembangan berikutnya menjadi Sumedang.
Namun ada pula yang menyebutkan bahwa nama Sumedang berasal dari katan Insun Medal yang mengalami perubahan pengucapan.
Hingga saat ini, kata Insun Medal masih tertulis di logo Kabupaten Sumedang atau yang disebut dengan Logo Insun Medal.
Di antara makanan khas Sumedang yang terkenal adalah Tahu Sumedang, Hui Cileumbu dan Peuyeum Cigendel.
Tahu Sumedang mungkin menjadi makanan paling khas dan diingat saat menyebutkan Kabupaten Sumedang.
Tahu yang memiliki cita rasa yang gurih itu konon sudah dirintis sejak tahun 1917 oleh seorang imigran asal Tiongkok.
Pada saat itu, cemilan khas dan menjadi Ikon Sumedang itu bernama Tahu Bungkeng, yang menjadi cikal bakal Tahu Sumedang dan diperkenalkan oleh Ong Kino.