Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Situs Candi Bojong Menje: 20 Tahun Tak Ada Perkembangan dan Terbengkalai

Kompas.com - 27/05/2022, 16:27 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Akses menuju candi pun terbilang cukup sulit. Pasalnya pengunjung harus melewati pemukiman warga, kemudian harus melewati jalan sempit yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

"Memang karena faktor wilayah dan lingkungan, kondisi Bojong Menje memang memprihatinkan, karena dilingkari sama dua pabrik swasta," kata dia.

Baca juga: Kakek di Purbalingga Sekap Seorang Gadis, Rumahnya Dikepung Warga

Proses pemugaran dan eskapasi lanjutan untuk menentukan luas komplek Candi Bojong Menje pun diyakininya terkendala keberadaan pabrik dan pemukiman warga.

"Kalau lihat dari denah atau lokasi, memang 30 hektar dengan batas-batasnya tadi, tapi ya kalau mau dipugar juga pasti terkendala pembebasan lahan pabrik dan warga," beber Danu.

Padahal, titik penggalian pertama ditemukannya candi, sambung dia, memanjang sampai ke lahan parkir pabrik.

Pada saat penggalian, tim peneliti sempat masuk ke wilayah pabrik dan melakukan penggalian.

Setelah ditemukan batuan yang sama dengan kontur tersusun, sambung Danu, tim peneliti menguburkan kembali temuan tersebut.

"Ya memang penemuan candi ada sebagian di dalam wilayah pabrik di belakang benteng pabrik swasta, tapi tetap saja terkendala pembebasan lahan, sampai sekarang masih di dalam dan gak mungkin para peneliti menggeser titik penemuan pertama tanpa mempertimbangkan posisi awal candi pas pertama ditemukan," ucap dia.

Selain itu, ketika hujan lebat, sudah dapat dipastikan komplek Candi Bojong Menje terendam oleh air sungai yang terkontaminasi limbah.

"Jadi dari titik lokasi juga sekarang Bojong Menje jadi titik terendah dibandingkan wilayah pabrik atau pihak lainnya, makanya dari sumber air darimana larinya pasti ke sini. Kalau banjir udah jadi rutinitas pasti ketutup semua," ungkapnya.

Banjir yang melanda komplek Candi Bojong Menje, sambung dia, terakhir terjadi pada April lalu.

Ketinggian banjir, tidak dapat diprediksi. Tergantung intensitas hujan.

"Paling parah itu 1,5 meter tinggi banjirnya, sempat minta gorong-gorong untuk menghandle tekanan air, tapi tidak terealisasi sampai sekarang," ucap dia.

Danu mengaku kerap mengadukan kondisi tersebut ke atasan atau pihak terkait, namun tidak ada respon yang lebih selain jawaban tidak pasti.

"Komunikasi dengan pihak kantor, hanya apabila ada banjir atau kegiatan, termasuk terkena banjir limbah. Tapi responnya santai," ucap dia.

"Lucunya, plang petunjuk arah pun yang harusnya dipasang di pinggir jalan, sempat oleh pihak terkait di pasang di dekat candi yang jauh dari penglihatan masyarakat," sambungnya.

Saat ini tata kelola candi Bojong Menje masih di bawah Provinsi Jawa Barat, namun ada wacana akan ada pemindahan tata kelola ke Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

Tak Ada Anggaran Lebih untuk Perawatan Candi

Danu mengaku sudah 7 tahun menjadi Juru Pelihara Candi Bojong Menje, sejak Lulus dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2016.

Ia mendapatkan Surat Keterangan (SK) dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCD) Kota Serang setelah lulus kuliah dengan prodi Sejarah Peradaban Islam (SPI).

"Bapak Ahmad orangtua saya baru mendapatkan SK 2013 sedangkan saya mendapatkan SK 2016 sehabis lulus di UIN Jurusan SPI," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com