Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pelukis di Karawang Bangun Sanggar Seni dengan Uang Seadanya, Terbuka Bagi Siapapun yang Ingin Berkesenian

Kompas.com - 15/06/2022, 17:40 WIB
Farida Farhan,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Harris Bonandar tengah berkutat dengan kuas dan media lukis, Selasa (14/6/2022) malam di sanggar seninya di Jalan Rubayah, Gang Masjid Al Ikhlas, RT 004, RW 014, Kepuh, Kelurahan Karangpawitan, Karawang Barat, Karawang, Jawa Barat.

Sanggar seninya itu dinamai Warung Gank Kreasi (Wagansi). Sanggar seni milik Jack, panggilan karibnya, tak seperti pada umumnya.

Bangunannya terbuat dari bilik bambu, namun sebagian dari bata merah yang belum dilepa. Adapun alasnya masih tanah.

Baca juga: Syarat dan Cara Mendaftar Nomor Induk Berusaha atau NIB bagi Pelaku UMKM di Karawang

Sanggar itu berdiri di atas sebagian tanah wakaf keluarga. Tanah itu diwakafkan untuk makam keluarga besarnya.

Untuk menjaga tanah itu dari penyerobotan atau dijadikan tempat pembuangan sampah, Jack medirikan sanggar seni. Alasannya sederhana, karena latar belakang keseniannya.

"Kalau malam saya sering melukis di sini, karena suasananya masih cukup hening. Kalau rumah saya di Adiarsa," kata Jack kepada Kompas.com.

Sanggar itu ia bangun dengan uang pribadi. Modalnya Rp 4 juta dari hasil ia menjual lukisan.

Karena dana yang minim, pembangunannya bertahap. Bahkan kawan-kawannya ikut memasang atap.

Pernah suatu hari, dapurnya roboh. Bala bantuan dari rekan berkeseniannya pun datang membantu.

Ia mengaku bersyukur mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Termasuk keluarganya.

"Istri saya tidak pernah komentar macam-macam. Selalu mendukung," kata dia.

Baca juga: Pemerkosa Balita di Karawang Divonis 11 Tahun Penjara dan Denda Rp 100 Juta

Jack menyebutnya sebagai saung. Tempat itu ia dedikasikan sebagai tempat berkreasi para seniman.

Bukan hanya melukis, kesenian lain seperti teater bisa dilakukan di sini. Bahkan anak-anak bisa datang ke sini dan belajar melukis.

Pria kelahiran Karawang, 31 Agustus 1971 ini hidup dari melukis. Ia beraliran ekspresionis. Hingga kini, sudah banyaak wajah hingga suasana yang telah digambar.

Penghasilannya sebagai pelukis memang tidak tentu. Kadang-kadang lukisannya dihargai Rp 700.000, ada kalanya juga hanya Rp 100.000.

"Ada juga yang laku Rp 10 juta saat lelang. Lukisan surau. Sudah lama," kata dia.

Baca juga: Soal Khilafatul Muslimin, Polda Jabar Tangkap 5 Orang di Cimahi dan Karawang

Selain lelang lukis dan pameran, Jack kerap ikut aksi. Salah satunya penolakan tambang di Karawang beberapa waktu lalu.

Jack juga kerap melukis obyek-obyek bersejarah di Karawang.

Beruntung, Jack kini mengajar di tiga sekolah, yakni Mentari Ilmu, Harapan Umat, dan Al Irsyad. Yang diajarnya tentu saja melukis, sesuai talentanya.

"Dari ngajar saya dapat sekitar Rp 3 jutaan," kata dia.

Awal tertarik melukis

Ketertarikan Jack melukis berawal dari ketertarikannya pada seorang perempuan saat SMP. Perempuan itu ngefans dengan seorang artis dan ingin digambarkan.

Untuk memikat hatinya, Jack berupaya menggambar. Namun gambarnya justru tak mirip. Berulang kali dicoba, hasilnya nihil.

Suatu waktu seorang teman mampir ke rumahnya. Teman itu menggambarkan wajah artis itu. Mirip.

"Saya kemudian tanda tangani, dan saya kasih ke cewek itu. Dia suka sekali," kenang Jack.

Baca juga: Kasus Pembunuhan Satpam Toko Kamera di Semarang, Pelaku Ternyata Seorang Pelukis

Namun, teman-teman perempuan yang lain meminta Jack menggambarkan artis kesukaan mereka. Jack terus berupaya hingga mirip.

"Dari situ saya suka menggambar, lalu melukis. Itu masa lalu namun kegemaran menggambar terbawa sampai sekarang," kata dia.

Selain berlatih seorang diri. Ia juga belajar dari pelukis-pelukis lain. Mulai dari lokal hingga nasional. Misalnya Ade Yahya, Muhi, hingga Toto BS.

Harapan

Pria lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM) itu berharap sanggar seninya jadi lebih layak. Agar kegiatan berkesenian lebih terdukung dan nyaman.

"Seperti saat ini sedang buat panggung kecil untuk teater monolog. Sedikit demi sedikit, karena kemampuan keuangan kami terbatas," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com