Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung Punya Kampung Sorgum, Hasilkan Tanaman Pengganti Gandum hingga Ratusan Ton

Kompas.com - 30/08/2022, 20:05 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejak Juni 2022, Presiden Jokowi telah menginstruksikan beberapa pimpinan daerah untuk segera membudidayakan serta menanam Sorgum sebagai pengganti kebutuhan gandum tanah air.

Kendati Presiden Jokowi mengintruksikan penanam tanaman sorgum hanya untuk wilayah yang pernah ditanami bibit jagung seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun siapa sangka, di wilayah Kabupaten Bandung, tepatnya di Jalan Bojongkoneng No 2, Desa Bojongmanggu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terdapat Kampung Sorgum yang sudah menghasilkan hingga ratusan ton.

Baca juga: Panen Raya Sorgum di Lamongan, Mentan Syahrul Yasin Limpo Ajak Lawan Impor Gandum

Ketua Petani Sorgum Desa Bojongmanggu, Neneng Supriatiningsih (47) mengatakan, Sorgum mulai dikenal di Desanya sejak 1999.

Saat itu seorang tokoh masyarakat bernama H Supardi atau karib disebut Abah Sorgum menemukan serta merintis usaha tanaman Sorgum.

Kala itu, Abah Sorgum menemukan tanaman jenis ini di pinggir sungai kemudian mulai membudidayakannya di Desa Bojongmanggu.

"Akhirnya bertahan sampai sekarang, bahkan industrinya berjalan di sini sejak pertama kali ditemukan," katanya ditemui Kompas.com, Selasa (30/8/2022).

Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.

Baca juga: Survei Ketertiban dan Ketentraman Kota Bandung, Lebih dari 40 Persen Warga Beri Penilaian Baik

 

Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.

Neneng menjelaskan, tanaman Sorgum itu punya karakteristik yang bisa tumbuh dimana-mana, sekalipun di tanah yang masuk kategori marjinal.

Bahkan, di tanah yang kurang bagus pun, Sorgum bisa tumbuh lebih baik dari gandum.

"Karena kualitas dan kebermanfaatannya itu, makanya kita kembangkan di Desa Bojongmanggu," ujar dia.

Sorgum, lanjut dia, merupakan tanaman pangan yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi.

Tak aneh, jika sorgum disebut-sebut bisa menggantikan nasi. Pasalnya, sorgum memiliki karakteristik hampir mirip nasi, namun kandungan nutrisinya yang berbeda.

Secara kesehatan, sorgum sangat baik dikonsumsi orang penderita diabetes. Tanaman pangan ini juga bisa membersihkan pencernaan atau darah.

"Kemudian bisa sebagai pangan untuk autis yang gluten free. Kemudian kolesterol, asam urat dan sebagainya. sorgum itu kalau dimakan kita akan kenyang lebih lama," beber dia.

"Karena sorgum proteinnya tinggi, karbonnya tinggi, tapi gulanya rendah, ada juga fosfor dan sebagainya," tambahnya.

Menurutnya, tahun 2017-2018 kampung sorgum sudah dikenal, lantaran masuk juara nasional kategori desa dalam pengembangan dan budidaya Sorgum.

Saat ini, lanjutnya, sorgum kembali dilirik lantaran ramainya isu krisis gandum dunia.

Ia menilai, baik Kampung Sorgum di Kabupaten Bandung dan wilayah lainnya harus tetap dipertahankan.

"Tapi karena kebutuhan bahan baku kita terutama gandum sudah menipis, maka dilirik lah sorgum sebagai alternatifnya, padahal sudah dari dulu. Makanya ini harus tetap dipertahankan," kata Neneng.

Selain di NTT di Desa Bojongmangu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat terdapat Kampung Sorgum, sebuah tanaman yang bisa digunakan untuk mengganti beras bahkan bahan mie instanKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Selain di NTT di Desa Bojongmangu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat terdapat Kampung Sorgum, sebuah tanaman yang bisa digunakan untuk mengganti beras bahkan bahan mie instan

Pengganti Bahan Mi Instan

Adanya wacana harga mi instan yang akan naik hingga tiga kali lipat lantaran stok gandum langka, Neneng menilai, sorgum bisa menjadi alternatif bahan baku pembuatan mi instan.

Kendati pun, sorgum sangat menyukai tanah yang kering. Namun, Indonesia memiliki wilayah dengan jenis tanah yang variatif. Hal itu bisa dimanfaatkan untuk budidaya sorgum.

"Kalau sorgum walaupun bisa tumbuh di mana saja tapi dia lebih suka sebenarnya tumbuh di tempat yang panas, makanya kalau di Indonesia itu banyaknya di Nusa Tenggara. Karena memang awalnya sorgum itu tumbuh di Afrika kemudian berkembang ke India dan Amerika," imbuhnya.

Menurutnya, wacana penggunaan sorgum untuk bahan baku mi instan di tanah air sudah mulai digaungkan sejak 20 tahun lalu.

"Dari berbagai kepemimpinan Presiden sebelumnya juga seperti ini. Ya mungkin ini waktunya, tapi kita lihat dululah 2 atau 3 tahun ke depan seperti apa kondisinya," ungkap Neneng.

Kendati bisa menjadi pengganti bahan baku mi instan, sorgum mesti dicampur dengan bahan lainnya agar teksturnya kenyal dan lembut layaknya mi.

"Nah jadi harus dicampur dengan komoditi yang lain sebagai subtitusi namanya mocaf jadi itu untuk mengikat sorgum biar kalau diolah dia bisa lebih kenyal," tutur dia.

Agung Wisnu Nugroho Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana memperluas area lahan tanaman sorgum di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Sorgum juga sangat cocok untuk menjadi pengganti beras.

Saat ini pendistribusian sorgum dari Kabupaten Bandung baru untuk toko-toko organik di beberapa wilayah seperti di Bandung, Bekasi, Jakarta, dan Depok.

Itu pun, didistribusikan dalam bentuk tepung dengan harga Rp 40.000 per kg.

"Nah kita distribusi masih 200 kg per bulan. Tapi dengan adanya wacana ini banyak yang sudah mesen bahkan permintaannya sampai ber ton-ton," bebernya.

Pengelolaan kampung sorgum di Desa Bojongmanggu saat ini dilakukan oleh 12 wanita yang tergabung dalam kelompok tani.

Selain mempertahankan sorgum agar tetap eksis, fokus pengelolaan lainnya yakni mempertahankan ketahanan pangan dari mulai lingkungan terkecil hingga lingkungan terbesar.

"Lahan yang kita garap itu masih kecil kurang lebih satu hektar tapi alhamdulillah sudah lumayan hasilnya. Tapi kita optimis dari desa bisa suplai ke beberapa daerah. Karena kita tahu suatu saat orang akan mencari sorgum, tapi kita sudah ada," jelasnya.

Neneng mengungkapkan untuk terus mempertahankan eksistensi tanaman sorgum.

Baca juga: Sorgum Diproyeksikan Gantikan Gandum, Moeldoko: Kita Tak Akan Ribut soal Mi Instan

Ia dan yang lainnya juga mulai membuka wisata edukasi bagi masyarakat umum. Melalui program itu, ia dan yang lainnya memperkenalkan sorgum mulai sari pengetahuan umum hingga ke spesifikasi tanaman.

"Kita kenalin tuh gimana sorgum ini bisa bermanfaat untuk bahan lain. Nah kalau pengolahan kita pakai tiga mesin. Kita panen kurang lebih 20 cm dari batangnya kita ambil, habis panen kita jemur dulu selama kurang lebih empat hari," sambung dia.

Kemudian dimasukan ke mesin perontok untuk mencaca menjadi butiran seperti beras. Setelah itu dibuat menjadi tepung.

"Kalau sudah jadi tepung ya bebas bisa jadi apa aja, bisa jadi mi, bisa jadi brownies, bisa jadi cookies, bisa jadi sereal, bisa kerupuk, dan masih banyak yang lainnya. Hal-hal ini kita kenalkan ke masyarakat umum," sambungnya.

Untuk pengembangan terkait sorgum, pihaknya tidak bekerja sendiri, namun dibantu beberapa universitas seperti ITB, Unpad, IPB Bogor, hingga Unpas.

Ke depan, ia berharap pemerintah bisa betul-betul konsentrasi terhadap pengembangan tanaman sorgum.

"Tanaman ini dan menjadi sumber pangan lokal yang bisa kita pertahankan. Apalagi memang sorgum ini belum banyak dikenal masyarakat masih banyak yang bertanya-tanya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

5 Jalan Bersejarah di Bandung dan Kisah Menarik di Baliknya

5 Jalan Bersejarah di Bandung dan Kisah Menarik di Baliknya

Bandung
Analisis Badan Geologi, Penyebab Gempa Garut akibatkan Bencana di 1979, 2022, dan 2023

Analisis Badan Geologi, Penyebab Gempa Garut akibatkan Bencana di 1979, 2022, dan 2023

Bandung
Palak Warga Pakai Pistol Korek Api, 2 Pemuda di Bandung Diringkus

Palak Warga Pakai Pistol Korek Api, 2 Pemuda di Bandung Diringkus

Bandung
Cerita Hendi Selamatkan Keluarganya Saat Gempa Garut, Semua Benda Ditabrak

Cerita Hendi Selamatkan Keluarganya Saat Gempa Garut, Semua Benda Ditabrak

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Korban Luka akibat Gempa Garut Dipulangkan, Rumah Rusak Ditanggung Pemerintah

Korban Luka akibat Gempa Garut Dipulangkan, Rumah Rusak Ditanggung Pemerintah

Bandung
Ini Kesaksian yang Buat Saksi Pembunuhan di Subang Dipaksa Oknum Polisi Tutup Mulut

Ini Kesaksian yang Buat Saksi Pembunuhan di Subang Dipaksa Oknum Polisi Tutup Mulut

Bandung
Atap 2 Ruangan di RS Bandung Ambruk Akibat Gempa Garut M 6,5

Atap 2 Ruangan di RS Bandung Ambruk Akibat Gempa Garut M 6,5

Bandung
Gempa Garut, Belasan Rumah di Pangalengan Rusak, 7 Kecamatan Terdampak

Gempa Garut, Belasan Rumah di Pangalengan Rusak, 7 Kecamatan Terdampak

Bandung
Gempa di Garut, Daop 2 Bandung Sempat Berlakukan BLB, 11 KA Terdampak

Gempa di Garut, Daop 2 Bandung Sempat Berlakukan BLB, 11 KA Terdampak

Bandung
BPBD Jabar Sebut Korban Luka-luka akibat Gempa Garut Bertambah

BPBD Jabar Sebut Korban Luka-luka akibat Gempa Garut Bertambah

Bandung
Pj Bupati Garut Diminta Turun Tangan Atasi Kerusakan akibat Gempa

Pj Bupati Garut Diminta Turun Tangan Atasi Kerusakan akibat Gempa

Bandung
Cerita Warga Aceh di Bandung, Trauma Kembali Saat Rasakan Gempa

Cerita Warga Aceh di Bandung, Trauma Kembali Saat Rasakan Gempa

Bandung
Gempa Garut Sabtu Malam, Warga Sebut Guncangannya Cukup Lama

Gempa Garut Sabtu Malam, Warga Sebut Guncangannya Cukup Lama

Bandung
Bawa 1 Kilogram Sabu dalam Kemasan Obat Tradisional, Kurir Narkoba ditangkap di Tol Cipali

Bawa 1 Kilogram Sabu dalam Kemasan Obat Tradisional, Kurir Narkoba ditangkap di Tol Cipali

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com