KOMPAS.com - AH, seorang santri di Pesantren Persis 99 Rancabango, Kabupaten Garut, Jawa Barat dianiaya oleh tekmannya hingga gendang telinganya robek.
Peristiwa tersebut terjadi pada 30 Juli 2022 dini hari. AH dianiaya karena dituduh mencuri jam tangan hingga ponsel milik santri lainnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Persis 99 Rancabango, Luthfi Lukman Hakim mengungkapkan, peristiwa tersebut terjadi saat pengurus santri menginterogasi korban terkait kasus dugaan pencurian.
Setelah 2,5 jam diinterogasi, AH tak mengakui perbuatannya walau bukti sudah ada. Disebutkan jika barang-barang hilang ditemukan di dalam lemari AH.
"Padahal bukti sudah ada, saksi sudah ada, tapi keukeuh tidak ngaku, akhirnya terjadilah tindakan seperti itu," tutur Luthfi ke wartawan pada Selasa (13/9/2022).
Baca juga: Pengeroyokan Santri oleh Temannya di Garut, Berawal dari Dugaan Pencurian
Menurutnya penganiayaan tersebut murni spontanitas dari para santri lainnya.
"Itu murni spontanitas para santri, ketika pelaku yang diduga mencuri barang setelah ditanya selama 2,5 jam tidak ngaku," ujar Luthfi.
Luthfi mengaku, ada keterbatasan pihaknya dalam pengawasan hingga AH dianiaya oleh santri lainnya saat dini hari sekitar pukul 02.30 WIB.
Ia mengatakan dalam sidang yang dilakukan pengurus, santri tersebut mengaku telah mengambil jam tangan, ponsel yang sudah dijual dan satu ponsel lain yang dijadikan barang bukti.
"Jam tangan posisinya ada di rumahnya dan hari minggunya diserahkan ke pesantren, pihak orangtua pun mengganti hp yang dijual," katanya.
Baca juga: Kronologi Santri di Garut Dianiaya Teman Sendiri hingga Gendang Telinga Robek
Setelah kejadian tersebut, pengelola pesantren sempat mengumpulkan santri yang melakukan penganiayaan, korban dan para orangtua untuk mengklarifikasi kejadian tersebut.
Orangtua korban sempat bertanya kepada korban apakah benar mencuri dan korban membenarkan melakukan pencurian.
"Kita semua yang hadir jadi saksi, orangtuanya juga mengetahui," jelasnya.
Saat ini, menurut Luthfi, pihaknya fokus pada upaya menjaga kondisi psikologis para santri yang menjadi korban dan pelaku penganiayaan.
Karena, menurutnya baik pelaku dan korban adalah anak-anak didiknya.
Baca juga: Rekonstruksi Tewasnya Santri Gontor, AM Sudah Tewas Saat Dinaikkan ke Becak
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.