Perjalanan Topeng Banjet Karawang, dari Primadona Panggung hingga Gerobak Keliling

Mengamen keliling kampung dengan gerobak

Setelah jadi primadona, kini Topeng Banjet mulai kehilangan pamor dan penggemar. Penontonnya kebanyakan orang tua.

“Anak muda paling sedikit yang nonton, mungkin tidak menarik dan dipandang kuno,” ujar dia.

Dari hal itu, ia berupaya untuk tetap eksis dengan cara mengamen keliling kampung menggunakan gerobak.

Baca juga: Asal-usul Kesenian Tradisional Wayang Garing di Serang Banten

Sekali mengamen ia mendapatkan rata-rata penghasilan Rp 200.000 sampai Rp 300.000.

Kemudian dibagi ke tim yang beranggotakan 20 orang. 20 orang tersebut dibagi dua tim, yakni tim inti selaku penari, aktor dan pemusik.

Sementara itu tim lainnya sebagai tim lapangan yang bertugas mencari sumbangan dari warga sekitar.

“Jadi kalau tim inti itu ada honornya, biasanya dapat Rp 25.000 dan kalau tim lainnya itu dia dapat pembagian dari upah sumbangan biasanya dapat Rp 20.000,” kata dia.

Apih Dani dan timnya mulai mengamen dari 11.00 WIB dari tempat tinggalnya di Telagasari.

Baca juga: Curhat Seniman Topeng Banjet Karawang: 2 Tahun Tak Pentas sejak Pandemi, Jual Peralatan buat Sambung Hidup

Gerobak digunakan sebagai tempat penyimpanan alat musik dan pementasan. Gerobak itu lalu diderek dengan motor berkeliling perkampungan.

Saat berada di kampung yang dipilih, tim Apih Dani lalu berkoordinasi dengan RT setempat, meminta izin pentas. Setelah diizinkan ia lalu menyiapkan segala peralatan pentas.

"Kadang-kadang sampai Subang," ujar dia.