Rasa kesalnya semakin memuncak ketika ia dan anggota keluarga lainnya tidak bisa menyaksikan perhelatan akbar Piala Dunia 2022.
Tak hanya itu, istri dan anaknya juga sempat tidak bisa menyaksikan acara-acara yang disukai.
"Kalau saya jelas enggak bisa nonton Piala Dunia dan Preman Pensiun, terus istri saya enggak bisa nonton film India, cucu saya enggak bisa nonton kartun, pas waktu dimatikan," tambahnya.
Taruna mengungkapkan, saat siaran TV analog dimatikan ia tidak langsung mendapatkan atau membeli STB.
Pasalnya, ia menunggu subsidi dari pemerintah terkait penyediaan STB. Namun, setelah beberapa hari, STB gratis tidak kunjung datang.
Lama berharap dan menunggu, ternyata ia mendapatkan informasi bahwa yang mendapatkan subsidi STB dari pemerintah di satu RW hanya empat orang.
"Saya nunggu, karena bersyukur kan sudah dimatikan dan ternyata dikasih gratis sama pemerintah. Eh, tahunya satu RW yang dapat hanya segelintir aja," sambungnya.
Sementara itu, warga lainnya, Elvan (36), putra pertama Taruna, langsung membelikan STB di toko elektronik.
Elvan mengatakan, STB yang didapatkannya bermerk Polytron dengan harga Rp 200.000.
"Saya langsung beliin aja STB itu, awalnya sepakat sama Bapak untuk menunggu dari pemerintah," kata Elvan.
Saat membeli STB, kata Elvan, ia tak mengalami antrean panjang seperti saat ini yang ramai diberitakan.
Selain itu, harga STB yang didapatkannya juga masih terjangkau dan belum naik signifikan.
"Saya beli di toko, harganya masih sama sesuai dengan yang di web Polytron-nya, market place juga sama harganya, kalau sekarang harganya naik dan kalau beli langsung ngantre cukup lama," ungkapnya.
Taruna merasa beruntung, sang anak membelikan STB secara mandiri tanpa menunggu subsidi dari pemerintah.
Pasalnya, ia mengatakan khawatir kualitas STB dari pemerintah tidak bisa bertahan lama.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.