Sementara sang partner, Tian Yonata menambahkan, untuk menguasai gerakan awal barongsai membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan. Jika sudah berpengalaman, gerakan awal ini bisa dikuasai dalam waktu satu minggu.
"Kurang lebih 2 atau 3 bulan. Tergantung kitanya, kaya mau lebih maju atau tetap terus monoton. Paha satu, paha dua, kepala, itu basic sebenarnya. Pengembangannya bisa ditambahin yang salto juga," ujar Tian.
Kendati sudah menguasai beberapa teknik, namun Tian menyebut hal yang paling sulit adalah memanfaatkan fasilitas yang ada di panggung sebagai alat atraksi. Pasalnya, untuk bermain menggunakan fasilitas diperlukan keahlian dan kehati-hatian.
"Kalau lebih sulit itu main meja, main patok, suka diperlombakan juga. Patok itu pasti lama banget belajarnya. Soalnya jatuh bangunnya. Kalau basic mah seminggu dua minggu juga bisa. Asal cepat dipahami dengan prakteknya," tuturnya.
Satu barongsai dengan jenis hewan Singa diperankan oleh dua orang. Sama seperti saat Tian dan Lukman bermain untuk menghibur pasien di RS UKM.
Pemain pertama akan bertanggung jawab pada bagian depan singa, yakni kaki depan dan belakang. Sedangkan pemain kedua bertanggung jawab pada kaki belakang dan tubuh singa.
Untuk menentukan pasangan, kata Lukman, yang terpenting pemain bagian belakang harus kuat.
"Biasanya hukumnya gini, pasangan mah tergantung berat tubuh. Jadi lebih ringan di depan. Tapi ada juga lebih berat di depan, tapi yang belakangnya harus kuat," jelasnya.
Namun, hukum itu tak selamanya mutlak, dalam beberapa pertandingan, kata Lukman, ada beberapa yang menerapkan hukum berbeda.
"Waktu tanding juga ada tim mana, badannya besar, tapi mainnya hebat," tambahnya.
Baik Lukman atau Tian merupakan penganut agama Islam sejak lahir. Keputusannya untuk menjadi pemain atraksi barongsai tidak melihat agama atau budaya yang melatarbelakangi lahirnya pertunjukan barongsai.
"Jadi ada semangat toleransinya lah. Kita sebagai umat islam menghargai barongsai," tutur Lukman.
Baca juga: Cerita Jan Ethes Takut Barongsai Saat Ikuti Jalan Sehat Bareng Jokowi
Sejak awal, pasangan tersebut sudah bersepakat bahwa tak penting sebuah perbedaan ketika mereka menentukan untuk menjadi seorang pemain barongsai.
Bagi Lukman, barongsai bukan hanya soal budaya, seni pertunjukan atau cabang olahraga semata. Lebih dari itu, makna persaudaraan dan rasa memiliki dan sejajar melebih segalanya.
"Yang diharapkan dari saya mah sebagai pemain barongsai adalag masyarakat itu menilai barongsai bukan cuma budaya orang Tionghoa. Saya pribadi Islam, jadi pengen memperkenalkan kalau barongsai itu udah masuk cabang olahraga," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.