Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kemacetan Puncak Bogor, Dedi Mulyadi Sebut Pasar Tumpah Jadi Penyebabnya

Kompas.com - 29/05/2023, 23:08 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Masalah kemacetan di kawasan wisata Puncak Bogor, Jawa Barat, tak pernah tuntas ditangani sehingga menjadi perhatian banyak pihak. Tak ayal, kemacetan setiap hari libur selalu dikeluhkan oleh para wisatawan lokal maupun luar daerah.

Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja untuk meninjau permasalahan yang ada secara langsung di tempat wisata Taman Safari Indonesia (TSI) di Cisarua, Kabupaten Bogor, Senin (29/5/2023).

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menilai bahwa pasar tumpah selalu menjadi biang kerok berbagai kemacetan lalu lintas di jalur-jalur wisata. Akibat kemacetan tersebut, tempat-tempat wisata ada yang mengalami penurunan pengunjung. 

"Capeknya ke tempat wisata seperti ke Taman Safari Puncak Bogor ini adalah itu di jalannya, bukan berkunjungnya (liburan). Bagaimana pasarnya? Kalau pasarnya itu cuma satu, kan hanya tinggal kedisiplinan saja sebenarnya," ujar Dedi.

Baca juga: Rekayasa Ganjil Genap Diterapkan di Puncak Bogor, Catat Tanggalnya

Dedi menyampaikan pengalamannya saat berkeliling Provinsi Jawa Barat. Dia menyebut, problem macet ialah pasar-pasar yang tidak tertib contohnya juga ada di Sukabumi.

"Problem di kita ini ya itu, saya keliling Jawa Barat dan di mana pun, problemnya cuma satu, pasar dan parkirnya ditertibkan. Misalnya saja di Sukabumi, kalau pasarnya ditertibkan yang parkir misalnya ada petugas yang mengatur setiap hari, nggak macet jugalah, jadi pasarnya benahi," imbuhnya.

Untuk itu, Dedi meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor untuk mendorong pembenahan pasar di jalur Puncak Bogor.

"Mudah-mudahan Pemkab Bogor segera bisa membenahi pasarnya," ucap Dedi.

Di samping itu, Ia juga bakal mendorong Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar segera mendesain atau membuat rencana kerja mengatasi kemacetan di jalur tersebut.

"Nah itu problemnya, itu kan kewenangannya di PUPR. Kementerian PUPR harus segera mendesain atau membuat rencana kerja. Saya pikir sudah punya ya rencana kerja untuk 2024, 2025, sehingga nanti terintegrasi dan tidak ada lagi kemacetan menuju Taman Safari," ungkapnya.

Mengenai wacana membangun underpass di Pasar Cisarua, Dedi menegaskan bahwa hal itu tak jadi soal asalkan tidak bertentangan dengan prinsip lingkungan.

Menurutnya, solusi mengatasi kemacetan di kawasan Puncak Bogor harus memberikan efesiensi.

"Prinsip dasar apapun satu, tidak bertentangan dengan prinsip lingkungan. Kedua, membangun efisiensi. Saya pikir silakan PUPR lebih tahu, ngerti ilmunya, segera dibangun. Karena Taman Safari ini bukan hanya urusan rekreasi, tapi penyelamatan hewan yang dilindungi," tambah Dedi.

Baca juga: Arus Lalu Lintas di Puncak Bogor Padat, Personel Polisi Siaga hingga Besok

Sementara itu, Direktur Taman Safari Indonesia Drs. Jansen Manansang MS.c mendukung penataan pasar agar kemacetan di kawasan wisata Puncak Bogor bisa teratasi.

"Saya minta tolong, masyarakat susah kalau datang ke sini membuang energi dan semuanya. Kalau bisa ditertibkan kalau bisa di pasarnya aja sama di Megamendung, dua point itu bisa lancar," ucap Jansen.

Ia juga mendukung wacana pembangunan fasilitas kereta gantung atau cable car. Menurutnya, selama itu tujuannya untuk mengatasi kemacetan harus didukung.

"Ini kan Taman Safari ini berbatasan dengan Gunung Gede Pangrango kenapa ga manfaatkan sana? Coba pengunjung kasih lihat dari sana (Gede Pangrango) melihat ke sini pakai cable car ini kan menarik," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dalam 4 Bulan, Pasien DBD di Cirebon Capai 496 Orang, 4 Meninggal

Dalam 4 Bulan, Pasien DBD di Cirebon Capai 496 Orang, 4 Meninggal

Bandung
Kronologi Pembunuhan Sadis di Bogor, Berawal Saat Korban Dicegat Masuk Kampung

Kronologi Pembunuhan Sadis di Bogor, Berawal Saat Korban Dicegat Masuk Kampung

Bandung
Pria di Bogor Diduga Tewas Dianiaya, Mayatnya Dibuang ke Pinggir Jalan

Pria di Bogor Diduga Tewas Dianiaya, Mayatnya Dibuang ke Pinggir Jalan

Bandung
Siswi SMP Diperkosa 2 Pria di Sukabumi, Korban Diajak Main ke Rumah Pelaku

Siswi SMP Diperkosa 2 Pria di Sukabumi, Korban Diajak Main ke Rumah Pelaku

Bandung
Mobil Kecelakaan, Sopir Ngantuk Usai Begadang Nonton Timnas Berlaga

Mobil Kecelakaan, Sopir Ngantuk Usai Begadang Nonton Timnas Berlaga

Bandung
Melihat Monumen Dua Tugu Udang Berbahan Knalpot Brong di Cirebon

Melihat Monumen Dua Tugu Udang Berbahan Knalpot Brong di Cirebon

Bandung
Viral, Video Oknum Prajurit TNI Diduga Aniaya Sopir di Bogor karena Kesal Disalip

Viral, Video Oknum Prajurit TNI Diduga Aniaya Sopir di Bogor karena Kesal Disalip

Bandung
Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan, Kantong Parkir Disiapkan

Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan, Kantong Parkir Disiapkan

Bandung
Cabuli Penyandang Disabilitas, Kakek 72 Tahun di Bandung Ditangkap

Cabuli Penyandang Disabilitas, Kakek 72 Tahun di Bandung Ditangkap

Bandung
Peringati May Day 2024, Ribuan Buruh dari Jabar Bertolak ke Jakarta

Peringati May Day 2024, Ribuan Buruh dari Jabar Bertolak ke Jakarta

Bandung
Bupati Cianjur Minta Sekda Legowo Mundur

Bupati Cianjur Minta Sekda Legowo Mundur

Bandung
22 Tahun Hilang di Suriah dan Dianggap Sudah Meninggal, TKW Asal Indramayu Pulang

22 Tahun Hilang di Suriah dan Dianggap Sudah Meninggal, TKW Asal Indramayu Pulang

Bandung
Terbakar Cemburu karena Pesan dari Pria Lain, Warga Bandung Bunuh Istri

Terbakar Cemburu karena Pesan dari Pria Lain, Warga Bandung Bunuh Istri

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Pj Wali Kota Jadi Orang Pertama di Bandung yang Dapat Paspor Polikarbonat

Pj Wali Kota Jadi Orang Pertama di Bandung yang Dapat Paspor Polikarbonat

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com