Menurutnya, penyelesaian Pasar Banjaran bisa secara sederhana diselesaikan jika melihat dari beberapa aspek, salah satunya aspek historis.
Sahrul menjelaskan, Pasar Banjaran tercatat pernah mengalami kebakaran sebanyak tiga kali, dan proses renovasi saat itu melibatkan langsung warga pasar.
Artinya, kata dia, warga Pasar Banjaran sudah berpengalaman dalam penataan lingkungannya.
"Dari sisi historis bahwa pernah tiga kali Pasar Banjaran kebakaran tapi bisa berdiri lagi secara swadaya dan akhirnya bisa berdiri, itu yang memang perlu evaluasi dari kita semuanya untuk nanti di sampaikan ke Bupati," terangnya.
Jika melihat dari aspek tersebut, Sahrul menyebut Pemerintah Kabupaten Bandung (Pemkab) tinggal menawarkan saja apa yang menjadi keinginan pemkab.
"Saya meyakini revitalisasi ini adalah bentuk perhatian pemkab, semisal alasannya adalah keindahan Kota, ya mesti melibatkan juga para pedagang. Seharusnya kita tawarkan ke masyarakat, ini loh pemerintah Kabupaten Bandung sedang ada rencana ini dengan perhitungan, perencanaan, DED nya, sampai amdal dan lainnya juga ditawarkan, terbuka," ungkapnya.
Ia berpendapat, soal keterlibatan pihak ketiga, perlu dikaji ulang melihat beberapa aspek mulai dari sosilogis, psikologis hingga historis.
Bahkan, menurutnya Pasar Banjaran mesti dinikmati oleh pedagang, dibangun melibatkan pedagang dan digunakan untuk pedagang.
"Saya juga tidak tahu kenapa tidak dilibatkan saja pedagang ketika ada perencanaan ini. Padahal sederhana tinggal ditawarkan saja, kalau enggak sanggup ya sudah tinggal sama pemerintah dibangunnya. Karena pada prinsip nya Pasar Banjaran itu harus ti urang, ku urang, keur urang (dari kita, oleh kita, buat kita)," kata Sahrul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.