"Nah, dulu memang secara regulasi bahwa setiap angkutan umum di Kabupaten Bandung itu harus terhimpun dalam koperasi dan kita sudah bentuk koperasi di Kabupaten Bandung, tetapi mungkin jalannya kurang bagus yang terbentuk itu ada 41 koperasi angkutan umum di kita," kata Hilman dihubungi melalui selular.
Pembentukan koperasi tersebut, merupakan sebuah langkah yang sudah sesuai dengan indikator kinerja utama Dinas Perhubungan.
Melalui koperasi tersebut, kata dia, pihaknya bisa membaca setiap perkembangan angkot di Kabupaten Bandung, terutama penilaian masyarakat.
"Kita dulu sudah mengembangkan, kita punya target indikator kinerja utama Dishub itu adalah sejauh mana masyarakat akan menggunakan angkutan umum, secara otomatis layanan angkutan umum yang diberikan itu harus baik, aman, nyaman, lancar, selamat," jelasnya.
Meski demikian, Hilman menyadari perkembangan angkutan berbasis online mejadi tantangan bagi pengusaha angkot.
Pasalnya, transportasi berbasis online memberikan pelayanan lebih baik. Menurutnya, persoalan transportasi tidak pernah lepas dari persoalan pelayanan.
"Nah, namun kenyataannya bahwa saat ini seiring waktu bahwa terdapat keanggotaan angkutan yang berbasis online yang mereka memberikan pelayanannya mungkin lebih, bisa dikontak langsung, bisa on time, layanannya lebih bagus dan mungkin kenyamanannya lebih bagus, sehingga angkutan umum pada saat ini jika tidak bisa bersaing dengan mereka maka tentu saja jumlah penumpangnya itu akan semakin menurun ya. Saat ini yang terjadi seperti itu," jelas Hilman.
Selain itu, Hilman membenarkan bahwa kemudahan produsen kendaraan umum menyebabkan angkot semakin melemah.
Ia mengatakan, tak sedikit masyarakat yang bernai mencicil kendaraan pribadi, lantaran dipermudah oleh pihak produsen kendaraan pribadi.
"Namun, sebuah keniscayaan bahwa jumlah penduduk sudah bertambah, kebutuhan masyarakat sudah semakin meningkat jadi sudah banyak juga pengusaha ataupun banyak produsen kendaraan roda dua yang memberikan kemudahan untuk membeli tanpa uang muka, sehingga masyarakat itu berfikir dari pada naik angkot, berhenti, lama, tidak nyaman, maka mereka lebih memilih untuk mencicil kendaraan roda dua itu menjadi sebuah masalah," tuturnya.
Meminimalisasi ketertinggalan angkot, kata Hilman, pihaknya telah berupaya melakukan pembinaan baik dengan Organda atau dengan koperasi.
Pembinaan tersebut dilakukan untuk mendorong agar koperasi yang sudah terbentuk mampu membiayai operasional pengusaha angkot.
Baca juga: Curhat Driver Ojol, Sepi Orderan karena Tersaingi Angkot JakLingko Gratis
"Kita Dishub berkewajiban untuk melakukan sebuah pembinaan-pembinaan baik dengan Organda dengan Koperasi juga, agar mereka koperasinya dibesarkan sehingga bisa membiayai operasional, salah satunya mendukung operasional pengusaha-pengusaha angkutan umum, misalnya dalam hal onderdil, perbaikan perbengkelan," katanya.
Saat ini, di Kabupaten Bandung terdapat 42 trayek, dan 11 trayek merupakan trayek yang berbatasan dengan kota atau kabupaten lain.
"Di Kabupaten Bandung ini ada 42 trayek aktif dan 11 trayek perbatasan, misalnya antara Kabupaten Bandung dengan Garut dan Kabupaten Bandung dengan Cianjur dan kurang lebih dari jumlah 41 trayek aktif dan 11 trayek perbatasan itu ada 2.000 angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Bandung," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang