Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Majalaya, Kota Dollar yang Pernah Berjaya di Industri Tekstil

Kompas.com - 24/12/2023, 21:57 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Kecamatan Majalaya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada beberapa dekade sebelumnya sempat menyandang predikat sebagai Kota Dollar.

Predikat Kota Dollar disematkan karena Majalaya pernah berjaya sebagai sentra industri tekstil yang sukses di tanah air.

Saat itu, produk tekstil yang dihasilkan di Majalaya yang tidak hanya menguasai pasar domestik, namun juga berhasil menembus pasar dunia.

Baca juga: Cerita Pedagang Pasar Majalaya, Bergelut di Tengah Kenaikan Harga

Masa Kejayaan Industri Tekstil di Majalaya

Dilansir dari laman ppid.bandungkab.go.id, sejarah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di wilayah ini berawal pada pertengahan abad ke-19.

Saat itu berdiri industri-industri tekstil yang dimotori oleh orang-orang Belanda. Namun kondisi itu tidak bertahan lama akibat krisis keuangan yang menimpa dunia yang berimbas pada perekonomian Hindia-Belanda.

Baca juga: Menkop Teten: Elektronik, Tekstil, Sepatu, Mungkin Masuk Daftar Barang Boleh Diimpor

Walau demikian, pada pertengahan abad ke-20 tepatnya tahun 1930-an muncul pengusaha-pengusaha lokal seperti Ondjo Argadinata yang mendirikan industri tenun rumahan menggunakan tustel (alat tenun bukan mesin).

Keterlibatan buruh-buruh di pabrik-pabrik tenun di awal tahun 1930-an kemudian memberi bekal mereka untuk membuka usaha tenun sendiri.

Baca juga: Aturan Sri Mulyani Dinilai Gerus Industri Tekstil

Saat pasar semakin terbuka, pabrik-pabrik tenun ini dengan mudah mengambil kesempatan tersebut karena modal yang diperlukan untuk membeli alat tenun masih murah dan bahan baku bisa diperoleh dari para pengusaha.

Hal ini yang membuat pada masa-masa berikutnya, industri tenun rumahan di Majalaya semakin menjamur di mana-mana.

Hampir setiap penduduk Majalaya memiliki peralatan tenun dan membuka usaha tenun sendiri.

Pada tahun 1937, industri tekstil Majalaya memulai fase baru yang lebih baik dengan berdirinya pabrik yang menggunakan alat tenun mesin (ATM) pertama di Majalaya, yaitu pabrik Tawakal milik H. Abdul Ghani.

Ketika jalur kereta api dari Bandung ke Majalaya diperluas, perkembangan industri tekstil Majalaya juga semakin membaik.

Kondisi ini kemudian disikapi oleh para pengusaha Cina sebagai peluang untuk berinvestasi dengan membangun beberapa pabrik tekstil di Majalaya.

Saat itu, pabrik Cina pertama yaitu "Bintang Tujuh" berdiri yang kemudian diikuti oleh pabrik-pabrik milik pengusaha Cina lainnya.

Di masa ini, sejarah Majalaya sebagai Kota Tekstil bermula. Industri tekstil di Majalaya mampu menghasilkan aneka ragam produk tekstil seperti sarung, kain untuk bahan pakaian, handuk, benang, kain kasur dan lain-lain.

Industri tekstil Majalaya sempat memburuk ketika di tahun 1942,  saat terjadi penjajahan Jepang atas Indonesia.

Jepang sempat melarang masuknya impor bahan baku dan bahan pewarna, serta melakukan pengambilalihan semua industri tekstil di Majalaya.

Masa kelam itu berlalu setelah Indonesia merdeka, di mana Majalaya dijadikan sebagai pusat tekstil nasional guna memenuhi kebutuhan sandang yang waktu itu masih ditopang oleh barang impor.

Oleh karena itu pada masa pasca-kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1960-an, industri tekstil Majalaya sempat bangkit kembali.

Dalam penelitian Matsuo H (The Development of Javaneses Cotton Industry, 1970) disebutkan bahwa industri tenun Majalaya mencapai puncaknya pada awal 1960-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jabatannya Dipertaruhkan, Kadisdik Jabar Jamin PPDB 2024 Bebas Kecurangan

Jabatannya Dipertaruhkan, Kadisdik Jabar Jamin PPDB 2024 Bebas Kecurangan

Bandung
Jelang Pilkada Sumedang 2024, Politisi PPP-PDI-P Saling Lempar Pujian

Jelang Pilkada Sumedang 2024, Politisi PPP-PDI-P Saling Lempar Pujian

Bandung
Serang Petugas SPBU dengan Sajam, Anggota Geng di Bogor Ditangkap

Serang Petugas SPBU dengan Sajam, Anggota Geng di Bogor Ditangkap

Bandung
Pj Gubernur Jabar Minta Orangtua Siswa Laporkan Kecurangan PPDB 2024

Pj Gubernur Jabar Minta Orangtua Siswa Laporkan Kecurangan PPDB 2024

Bandung
10 Tahun Menanti, 2 Jemaah Haji Asal Bandung Barat Meninggal Dunia Sebelum Berangkat

10 Tahun Menanti, 2 Jemaah Haji Asal Bandung Barat Meninggal Dunia Sebelum Berangkat

Bandung
Jika PPDB 2024 Curang, Pj Gubernur Jabar: Kadisdik Diminta Mundur

Jika PPDB 2024 Curang, Pj Gubernur Jabar: Kadisdik Diminta Mundur

Bandung
Ditolak Rujuk, Mantan Suami Bakar Mobil dan Rumah Mantan Istri

Ditolak Rujuk, Mantan Suami Bakar Mobil dan Rumah Mantan Istri

Bandung
5 Hari Hilang, Perempuan Ditemukan Tewas dengan Tangan Diikat di Cirebon

5 Hari Hilang, Perempuan Ditemukan Tewas dengan Tangan Diikat di Cirebon

Bandung
Kematian DBD di Kabupaten Bandung Tertinggi Se-Indonesia, Bupati Minta Warga Bersih-bersih

Kematian DBD di Kabupaten Bandung Tertinggi Se-Indonesia, Bupati Minta Warga Bersih-bersih

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Bandung
Terimbas Banjir Rob, Pedagang Minta Pantai Karangsong Indramayu Dibenahi

Terimbas Banjir Rob, Pedagang Minta Pantai Karangsong Indramayu Dibenahi

Bandung
KPU Karawang Ancam Ambil Langkah Hukum Soal SK Palsu Penetapan Caleg

KPU Karawang Ancam Ambil Langkah Hukum Soal SK Palsu Penetapan Caleg

Bandung
Fakta di Balik Video Viral Bocah Gibran di Bogor Nangis Kelaparan

Fakta di Balik Video Viral Bocah Gibran di Bogor Nangis Kelaparan

Bandung
Ingin Ulangi Kemenangan 2008, PDI-P dan PKS Jajaki Koalisi untuk Pilkada Sumedang

Ingin Ulangi Kemenangan 2008, PDI-P dan PKS Jajaki Koalisi untuk Pilkada Sumedang

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com