Wafid mengatakan bahwa wilayah tersebut memang rawan longsor, berdasarkan data Badan Geologi, longsor sudah terjadi tiga kali di wilayah itu, yakni pada tahun 1970an dan tahun 1992.
“Namun pada kejadian yang sekarang longsornya lebih besar dari sebelumnya,” ucapnya.
Secara morfologi, kata Wafid, daerah tersebut rawan longsor dan menunjukan bekas longsoran lama yang belum turun atau longsor semua (berbentuk tapal kuda) serta daerah akumulasi air bentuk cekungan dengan lereng terjal.
“Muncul retakan-retakan pada tanah di bagian atas sebelumnya,” ucapnya.
Baca juga: Jalur Wisata Lembang Tertimbun Longsor, Jalan Alternatif Bandung-Subang Terputus
Wafid menyebut air hujan memicu longsor ini, berdasarakan Info dari BMKG curah hujan di POS ARG Subang sebesar 17,6 mm/jam (pukul 16.50 WIB – 17.50 WIB) termasuk dalam kategori lebat.
Mengingat curah hujan yang masih tinggi, warga diminta untuk waspada terhadap potensi gerakan tanah tersebut untuk menghindari terjadinya longsor susulan dan jatuhnya korban di Kampung Cipondok, Desa Pasanggrahan.
“Sebagian besar penduduk bisa kembali ke rumah masing-masing kecuali 2 rumah pada bagian bawah jika akan kembali ke rumah harap meningkatkan kesiapsiagaan dan melakukan warnings system secara mandiri dengan mengenal tanda-tanda akan longsor seperti mata air keruh, munculnya rembesan disertai aliran lumpur, serta memantau perkembangan retakan pada bagian atas lereng,” ucapnya.
Wafid juga merekomendasikan pembersihan material bagian bawah maupun perbaikan pipa PDAM dan PT Tirta Investama diharapkan memperhatikan cuaca dan potensi longsoran susulan.
Hal ini dikarenakan pada bagian mahkota longsoran masih muncul rembesan-rembesan air.
“Sistem keairan pada bagian atas harus dialihkan agar tidak masuk ke lokasi longsoran maupun retakan. Lokasi ini termasuk rawan tinggi terjadi longsor sehingga berpotensi berulang jika curah hujan tinggi dan sistem drainase tidak tertata dengan baik,” ucapnya.
Baca juga: Bongkahan Bambu Tergerus Longsor Tutupi Jalan Alternatif Lembang KBB
Wafid juga merekomendasikan agar pengembangan pemukiman tidak dilakukan di bawah atau sekitar tebing curam atau terjal, serta membuat jalur evakuasi untuk antisipasi retakan dan longsoran yang mungkin terjadi.
Untuk itu Masyarakat diharapkan waspada terhadap potensi longsor susulan.
“Masyarakat agar mewaspadai daerah sekitar lereng jika muncul retakan tanah dan longsoran baik pada jalan maupun lahan agar segera ditutup agar air tidak masuk ke dalam retakan dan longsoran. Jika retakan bertambah lebar dan atau ditemukan retakan baru segera mengungsi dan melaporkan ke Pemerintah Daerah setempat,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.