Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langka, Ini Penampakan 2 Ekor Macan Kumbang di Gunung Halimun Salak

Kompas.com, 1 November 2024, 18:46 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Rekaman langka dua ekor macan kumbang di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat,memberi sinyal positif bagi populasi hewan dilindungi itu dan tergolong langka.

Kepala Balai TNGHS, Budhi Chandra, menjelaskan, berdasarkan data pemantauan selama beberapa tahun terakhir ada peningkatan populasi macan kumbang di wilayah TNHGS. 

"Berdasarkan pemantauan di 3.899 titik dari tahun 2007 hingga 2024, ada 50 ekor macan kumbang yang terdata," ungkap Budhi. 

Baca juga: Binatang Buas Penyerang Kambing di Sukabumi Teridentifikasi Macan Tutul

Populasi ini, menurutnya, terus menunjukkan tren meningkat dengan ditemukannya sejumlah macan kumbang bersama anak-anak mereka, yang menandakan adanya proses perkembangbiakan yang baik di habitat aslinya.

Baca juga: 2 Ekor Macan Kumbang Hampir Punah Terekam Kamera di Gunung Halimun Salak

Pasangan jantan dan betina 

Kedua macan tersebut diperkirakan merupakan pasangan jantan dan betina dewasa. Lalu termasuk jenis macan tutul jawa atau Panthera pardus melas yang merupakan spesies sangat dilindungi dan tergolong langka. 

Keduanya tertangkap kamera jebak yang dipasang oleh pihak Balai TNGHS di wilayah seksi PTN 1, Kabupaten Lebak, Banten.

“Benar, hasil rekaman dari kamera jebak yang kami pasang setelah memantau jejak kotoran dan jejak kaki di lapangan,” ujar Budhi saat dihubungi oleh Kompas.com.

Terancam aktivitas ilegal logging 

Sepasang Macan Kumbang terekam kamera di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).Dok. TNGHS Sepasang Macan Kumbang terekam kamera di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Budhi menjelaskan, kedua macan yang terekam ini menunjukkan pola teritorial dari dua individu dewasa, kemungkinan pasangan jantan dan betina, yang menjaga wilayah mereka sendiri. 

“Macan ini terlihat dari ukurannya sebagai macan dewasa yang saling menempati wilayah teritorial masing-masing,” kata Budhi.

Namun, di balik peningkatan jumlah populasi tersebut, macan kumbang di TNGHS menghadapi tantangan serius akibat aktivitas ilegal yang terus terjadi di sekitar kawasan konservasi. 

Budhi mengungkapkan bahwa penambangan emas liar, pembalakan hutan, dan perburuan terhadap satwa dilindungi adalah ancaman utama bagi keberlangsungan hidup macan kumbang dan satwa lainnya di taman nasional.

“Saat ini mereka dalam kondisi kritis, terancam oleh perburuan liar. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sering menemukan kasus penjualan satwa dilindungi, selain kematian macan akibat perburuan,” ungkap Budhi.

Ia juga menambahkan bahwa berbagai langkah telah dilakukan untuk mengawasi dan mengamankan kawasan tersebut, tetapi aktivitas ilegal masih menjadi tantangan besar.

Upaya pelestarian

Sepasang Macan Kumbang terekam kamera di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).Dok. TNGHS Sepasang Macan Kumbang terekam kamera di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Pihak TNGHS mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk terus mendukung upaya pelestarian ini dengan memperketat regulasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga satwa dilindungi. 

“Kehadiran mereka sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kami harap masyarakat dapat ikut serta dalam melindungi keberlangsungan hidup mereka di alam bebas,” tutup Budhi.

Rekaman terbaru ini menjadi salah satu bukti nyata dari upaya pelestarian yang dilakukan di TNGHS, meskipun tantangan besar masih menghadang.

Di tengah ancaman perburuan dan aktivitas ilegal, keberadaan macan kumbang di Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi simbol penting bagi keberlanjutan satwa langka di Indonesia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau