Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Marsoedi Mohamad Paham, Pencipta Kode Pos di Indonesia, Terinspirasi Lagu Dari Sabang Sampai Merauke

Kompas.com, 3 November 2024, 06:56 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Jika Anda kerap berkirim kartu pos, surat atau paket, pasti familier dengan lima digit terakhir yang dicantumkan di tiap alamat tujuan. Itu adalah kode pos, sistem yang lazim digunakan dalam proses pengiriman surat atau barang.

Kode pos dibuat dengan deretan angka, huruf atau karakter yang mengartikan wilayah tertentu. Tujuannya adalah untuk memudahkan pekerjaan di kantor pos saat menyortir surat atau pengiriman paket.

Indonesia baru menggunakan sistem kode pos sejak1985, lama setelah negara-negara Barat menerapkannya sejak 1930-an. Namun, tak banyak yang tahu tokoh di balik terciptanya kode pos di Indonesia.

Dia adalah Marsoedi Mohamad Paham.

Baca juga: Kisah Iqbal Sang Pencipta Lagu Sambava yang Tak Pernah Dapat Royalti, Tampil Pertama Saat Lady Diana Berlibur di Pulau Moyo

Pria yang menjabat sebagai Direktur Utama Perum Pos dan Giro pada 1987 hingga 1995 ini dikenal sebagai orang yang telaten, serta gemar menyusun huruf dan angka. Bahkan, lima anaknya dia namai sesuai urutan abjad.

Di waktu senggangnya, dia masih melakukan kegemarannya mengoleksi prangko dan uang dari berbagai negara yang dia lakukan sejak 1961.

Kala ditemui di rumahnya di Bandung, Jawa Barat, pria berusia 86 tahun ini tampak masih segar di usia senjanya.

Meski ingatan dan pendengarannya tak sekuat dulu, pria dengan perawakan kurus ini masih ingat bagaimana lima digit kode pos itu tercipta.

“Dari Barat sampai ke Timur, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu. Itulah Indonesia,” tutur Marsoedi mengutip syair lagu Dari Sabang Sampai Merauke, ketika ditanya awal mula pembuatan kode pos di Indonesia 40 tahun lalu.

Sebelum dikenal luas dengan judul dan lirik "Dari Sabang Sampai Merauke", lagu ini memuat lirik “Dari Barat sampai ke Timur" sebelum akhirnya diganti atas permintaan Soekarno, presiden Indonesia saat itu.

Baca juga: Pencipta Lagu yang Tak Gabung LMKN Tidak Akan Dapat Royalti

Marsoedi belajar tentang pos selama setahun di Lyon, Perancis, pada 1981-1982.BBC/Silvano Hajid Marsoedi belajar tentang pos selama setahun di Lyon, Perancis, pada 1981-1982.
Lagu Dari Sabang Sampai Merauke menginspirasi Marsoedi dalam menyusun digit demi digit sebagai penanda setiap wilayah, hingga akhirnya tercipta lima digit kode pos Indonesia.

“Ceritanya orang harus menyortir surat itu [tujuannya] ke mana. Nah untuk itu dibikin pencatatan nomor-nomor supaya tahu. Jadi pada waktu itu, saya bikin kode pos itu lima digit,” tutur Marsoedi, pada Selasa (29/10).

Digit pertama sebagai kode untuk wilayah kerja pos yang mencakup beberapa provinsi.

Digit kedua dan ketiga menunjukkan wilayah kabupaten atau kota. Sementara digit keempat untuk kode kecamatan, dan digit kelima kode kelurahan.

Untuk menandai kode wilayah di digit pertama, Marsoedi menyusunnya dengan mengacu pada lagu Dari Sabang Sampai Merauke atau dari Barat ke Timur.

“Angka 1 itu [untuk] ibu kota negara, Jakarta. Baru kemudian kita bikin angka 2 sampai 9. Jadi dihitung dari barat, angka 2 itu mulai dari Banda Aceh terus sampai 3 itu bagian selatan dari Sumatra,” jelas Marsoedi.

Baca juga: Perjuangan Diana Sastra Edukasi Hak Cipta dan Royalti untuk Pencipta Lagu Tarling

Selain sebagai kode ibukota Jakarta, angka 1 juga menjadi penanda wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Selanjutnya, kode 2 untuk wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.

Kode 3 menunjukkan wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Kode 4 untuk wilayah Jawa Barat dan Banten.

Kode 5 untuk wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kode 6 untuk Jawa Timur.

Kode 7 untuk wilayah Kalimantan, sementara kode 8 untuk Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Adapun kode 9 untuk wilayah Sulawesi dan Papua.

Baca juga: Kisah Andi Gomes, Pencipta Lagu Daerah Jambi Merasa Diperlakukan Tak Adil

"Tanpa nomor, tak akan tahu kemana surat akan dikirim"

?Angka 1 itu [untuk] ibu kota negara, Jakarta. Baru kemudian kita bikin angka 2 sampai 9. Jadi dihitung dari barat, angka 2 itu mulai dari Banda Aceh terus sampai 3 itu bagian selatan dari Sumatra,? jelas Marsoedi.BBC/Silvano Hajid ?Angka 1 itu [untuk] ibu kota negara, Jakarta. Baru kemudian kita bikin angka 2 sampai 9. Jadi dihitung dari barat, angka 2 itu mulai dari Banda Aceh terus sampai 3 itu bagian selatan dari Sumatra,? jelas Marsoedi.
Layanan pos modern di Indonesia dimulai pada 1602 kala VOC masih berkuasa di Indonesia—kala itu masih bernama Hindia Belanda.

Saat itu, surat-surat atau paket pos hanya diletakkan di Stadsherbrg (Gedung Penginapan Kota), sehingga orang-orang harus selalu mengecek apakah ada surat atau paket untuk mereka.

Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem Baron van Imhoff kemudian mendirikan kantor pos pertama di Indonesia, tepatnya di Batavia pada Agustus 1746, demi meningkatkan keamanan surat dan paket yang dikirim via pos.

Sesudahnya, cabang-cabang kantor pos dibangun di sejumlah wilayah Hindia Belanda.

Pada 1880-an, lembaga Post, Telegraaf, en Telefoondienst (PTT)—yang menyatukan layanan pos, telegraf dan telepon—dibuat pemerintah Hindia Belanda.

Baca juga: Petikan Gitar Sang Pencipta Lagu Ternama Kini Mengalun di Jalan...

Namun, pada era kemerdekaan, pemerintah Indonesia mengambil alih dan mengubahnya menjadi Djawatan Pos, Telegraf dan Telepon.

Pada 1960-an, pemerintah memisahkan bisnis telekomunikasi sehingga nama perusahaan ini berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos dan Giro.

Kala itu, Marsoedi memilih tetap bekerja bidang pos dan giro, menjabat sebagai Kepala Bangunan dan Kendaraan Pos seluruh Indonesia.

Dia mendesain seluruh gedung Pos di Indonesia dan mengusulkan ide pos keliling ke daerah pelosok yang tidak terjangkau kantor pos dengan mendesain mobil Volkswagen Combi.

Sulitnya penyortiran surat yang dihadapi petugas pos menjadi alasan di balik penyusunan kode pos yang dilakukan Marsoedi.

“Berdasarkan kenyataan bahwa untuk sortir surat itu, kalau tanpa angka itu lebih sulit, karena itu dibantu dengan penomoran-penomoran. Nah penomoran itu namanya kode pos,” ungkapnya.

Baca juga: Ketidakadilan Royalti untuk Pencipta Lagu di Aceh

Halaman:


Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau