BANDUNG, KOMPAS.com - Resah lantaran banjir kerap menghambat aktivitas, warga di Jalan Raya Sapan, Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, membuat petisi melalui portal Change.org sejak Senin, 2 Desember lalu.
Petisi tersebut pertama kali disebar oleh akun Instagram Sapan Bersuara dan ramai diperbincangkan di jagat sosial media.
Hingga hari ini, Kamis (5/12/2024), petisi tersebut sudah ditandatangani oleh 501 warga yang menyepakati agar pemerintah Kabupaten Bandung segera menangani banjir yang sudah bertahun-tahun kerap merendam Jalan Raya Sapan.
Rifqi Arya Purwa, inisiator dari petisi tersebut, menjelaskan alasan dia membuat petisi itu.
Menurutnya, petisi itu dibuat lantaran hingga hari ini pemerintah belum bisa mengatasi banjir di Sapan.
Baca juga: Disetujui Ridwan Kamil, Proyek Flyover Bojongsoang Bandung Masuki Tahap Kajian
Bahkan, kata dia, banjir di Jalan Raya Sapan sudah memasuki hari ke-10, dan masih belum terlihat surut.
Sebagai warga Sapan, Rifqi mengaku sangat terganggu.
Warga lain pun, kata dia, resah lantaran mobilitasnya jadi terganggu.
"Banjir ini sudah sekitar 8-10 hari, bahkan lebih. Setiap harinya banjir itu tidak surut karena memang airnya mengendap, di situ tidak ada drainase yang memadai. Jadinya meresahkan masyarakat, karena mobilitas masyarakat itu jadi terganggu," katanya dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (5/12/2024).
Rifqi mengaku telah membentuk forum Sapan Bersuara untuk menyalurkan persoalan tersebut.
Nantinya, dia bakal mengundang berbagai tokoh masyarakat maupun aliansi masyarakat sekitar untuk ikut mendesak Pemkab Bandung agar mengatasi banjir di Sapan.
Pasalnya, solusi dari pemerintah sudah sangat dibutuhkan.
"Kami juga akan coba mengundang organisasi-organisasi kepemudaan untuk menuntut pemerintah dalam memberikan solusi, khususnya dalam perbaikan sistem drainase, dengan manajemen penanggulangan yang efektif dan berkelanjutan," jelas Rifqi.
Masalah banjir di Jalan Raya Sapan, kata Rifqi, disebabkan saluran air yang tidak berfungsi dengan baik dan cenderung tidak memadai.
Hal itu menyebabkan genangan air kerap mengendap dalam waktu yang cukup lama, karena praktis hanya menunggu air menyerap ke dalam tanah.