Hasilnya, kala musim hujan datang, terutama saat intensitas hujan tinggi, sepanjang Jalan Raya Sapan kerap digenangi air.
"Gini, kalau hujan kecil saja, kadang genangan air itu tetap ada. Tahun ini sudah dua kali terjadi banjir. Pertama, awal tahun, itu dalam kurun waktu yang cukup lama juga, seperti sekarang; yang kedua di bulan-bulan ini. Awal tahun itu kan intensitas hujannya tinggi juga, jadi air meluap dan tak ada saluran air yang memadai, jadinya banjir lama," katanya.
Tak sampai di situ, banjir di Jalan Raya Sapan juga kerap meninggalkan bau.
Di beberapa titik, air banjir kerap berwarna hitam yang diduga bercampur dengan limbah, lantaran Jalan Raya Sapan dikenal dengan kawasan industri.
"Sepertinya memang ada pabrik nakal, dalam artian mereka membuang limbah sembarangan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Jadi limbahnya itu mengalir ke anak sungai, lalu karena anak sungai meluap, jadinya banjir di jalanan pun berbau bahkan jadi hitam," ungkapnya.
Menurut dia, banjir di Jalan Raya Sapan menjadi sebuah ironi, lantaran Sapan merupakan kampung halaman dari Bupati Bandung terpilih, Dadang Supriatna.
Apalagi, banjir bukan hanya terjadi di kawasan industri, tapi seringkali juga menimpa pemukiman penduduk, seperti di Kampung Lembursawah dan di Jalan Rancawaliwis.
"Cuma memang banjirnya itu ada yang lama dan ada yang tidak. Sebenarnya yang biasanya banjir lama itu ya di kawasan industri itu, karena memang di situ tidak ada drainase yang memadai, sehingga air mengendap dan menunggu diaerap oleh tanah," beber dia.
Lantaran kerap dilanda banjir, Rifqi tak tahu sejak tahun berapa Jalan Raya Sapan jadi langganan banjir.
Hanya saja, sebagai warga Sapan, Rifqi mengingat sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga kini situasinya masih sama.
"Saya SD kurang lebih 22 tahun lalu juga sudah kayak gini. Setiap tahun pasti ada banjir, tapi kadang banjirnya itu parah, tapi kadang enggak. Ada yang lama, ada yang enggak," ungkap dia.
Baca juga: Cerita Warga Dikepung Banjir Cianjur, Sawah dan Rumah Terendam, Motor Hanyut
Akibat banjir di kawasan industri, lanjut dia, warga dan pengguna jalan harus menggunakan jalan memutar yang cukup jauh.
"Namun, karena sekarang di sekitar rumah bupati enggak banjir, di Jalan Cagak enggak banjir, jadi kebanyakan memutarnya itu lewat Rancaoray," ujarnya.
Dia menambahkan, Sapan Bersuara juga akan mengumpulkan massa, khususnya dari berbagai aliansi masyarakat sekitar dan beberapa organisasi kepemudaan di Desa Tegalluar maupun di Kecamatan Bojongsoang untuk bersama-sama mendesak Pemkab Bandung menyelesaikan banjir di Sapan.
"Kami berencana ada audiensi dengan Pak Bupati, atau setidaknya dengan pihak kecamatan atau Desa Tegalluar. Jadi, diharapkan ada upaya serius untuk mengatasi masalah banjir ini dengan baik, biar ke depan masyarakat Sapan tidak selalu resah setiap musim hujan," katanya.