Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengukir Cahaya Tradisi, Kisah Para Perajin Lampion di Bandung

Kompas.com, 18 Januari 2025, 17:33 WIB
Agie Permadi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - "Tung, tung, tung," suara palu menghantam kawat terdengar riuh di gang sempit sebuah rumah di Jalan Gunung Batu, Cicendo, Kota Bandung.

Di balik garasi yang dipenuhi alat-alat dan kawat, Eno (39) dan rekan-rekannya terlihat asyik bekerja untuk memenuhi pesanan lampion menjelang Imlek 2025.

Di ruang yang sederhana itu, Eno tampak fokus membentuk rotan yang akan menjadi kerangka lampion. Dengan bantuan alat yang disebut "matres," ia mengoleskan lem dan menempelkan kain warna-warni untuk menutupi kerangka tersebut.

"Saya bisa bikin enam lampion besar yang satu meter sehari, kalau yang kecil rata-rata 10 lampion, kadang tergantung mood juga," kata Eno dengan senyum ramah.

Baca juga: Resep Kue Keranjang Goreng Lapis Ubi, Kreasi Camilan Sederhana untuk Imlek

Eno sudah menjadi perajin lampion selama 10 tahun. Lampion-lampion buatan Eno ini tak hanya dipesan oleh warga Bandung, tetapi juga berasal dari luar kota dan bahkan Dubai.

Namun, dari berbagai bentuk lampion yang diproduksinya, bentuk karakter menjadi tantangan tersendiri.

"Bentuk karakter itu yang paling rumit, membutuhkan waktu dan usaha yang lebih," ujarnya.

Asep, perajin lampion yang pernah membuat lampion 8 meter dan diameter 4 meter yang dibuatnya selama seminggu di Jalan Gunung Batu, Cicendo, Kota Bandung.KOMPAS.com/AGIE PERMADI Asep, perajin lampion yang pernah membuat lampion 8 meter dan diameter 4 meter yang dibuatnya selama seminggu di Jalan Gunung Batu, Cicendo, Kota Bandung.

Di samping Eno, ada Asep (43), yang sudah lama menekuni dunia perlampionan. Dianggap "legend" oleh Eno, Asep mengenang salah satu proyek besar yang pernah ia kerjakan: lampion naga setinggi 8 meter dengan diameter 4 meter, yang dipesan pada tahun 2021 untuk sebuah klien di Jakarta.

Baca juga: Imlek 2025 di Solo, Ribuan Lampion Hiasi Balai Kota hingga Pasar Gede

"Gambarnya kecil, kemudian kita skalakan menjadi besar," cerita Asep, mengenang betapa sulitnya mengerjakan lampion tersebut di luar ruangan, mengingat kendala cuaca.

Asep memulai karirnya sebagai perajin lampion sejak tahun 1999. Belajar dari sang guru, Asep kini menjadi generasi kelima dalam keluarga yang mewarisi keterampilan ini.

"Saya belajar dari gurunya Pak Haji, regenerasi. Jadi kalau ini ya untuk tahap-tahapan, mungkin ini generasi yang kelima gitu," ujarnya dengan bangga.

Perajin lampion tengah membuat lampion berbentuk bulat di garasi rumah yang dijadikan tempat produksi lampion, di Kota Bandung, Sabtu (18/1/2025).KOMPAS.com/AGIE PERMADI Perajin lampion tengah membuat lampion berbentuk bulat di garasi rumah yang dijadikan tempat produksi lampion, di Kota Bandung, Sabtu (18/1/2025).

Baca juga: 4 Tips Padu Padan Aksesori untuk Busana Imlek

Pekerjaan mereka tak hanya sekadar menghasilkan lampion indah, tetapi juga memberikan peluang bagi warga sekitar untuk bekerja bersama mereka, terutama menjelang Imlek dan Idul Fitri ketika permintaan lampion melonjak. Meski demikian, Asep tak asal menerima pesanan.

"Jika pesanan mendesak dan waktu pengerjaan mepet, saya lebih memilih menolaknya daripada hasil yang kurang memuaskan," katanya bijak.

Meskipun bekerja dalam kondisi sederhana, semangat dan dedikasi Eno dan Asep untuk menjaga kualitas lampion yang mereka buat tak pernah pudar. Bagi mereka, setiap lampion adalah hasil dari kerja keras dan kecintaan terhadap tradisi yang terus dijaga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau