Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Truk Tolak UU ODOL di Tol Soroja: Kian Tertekan, Kami Korban Preman dan Pungli...

Kompas.com, 19 Juni 2025, 16:30 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sudah jatuh tertimpa tangga, peribahasa itu menggambarkan bagaimana kondisi sopir truk Indonesia saat ini.

Bagaimana tidak?

Pada praktiknya, sopir truk kerap menjadi korban dari aksi premanisme, baik intimidasi, teror, dan sejenisnya.

Tak hanya itu, aksi pungutan liar (pungli) sekelompok organisasi masyarakat (ormas) atau preman kerap dirasakan sopir.

Baru-baru ini, beban sopir truk semakin bertambah, pasalnya pemerintah tengah menggodok undang-undang (UU) kendaraan angkutan barang yang mengalami "Over Dimension Over Loading" (ODOL).

Baca juga: Demo Sopir Truk Tolak Aturan ODOL di Bandung Tutup Tol Soroja

Pemerintah mengeklaim, kendaraan barang yang melebihi batas dimensi dan muatan memiliki dampak negatif mulai dari kerusakan infrastruktur, risiko kecelakaan, gangguan lalu lintas, kerugian ekonomi, hingga berdampak pada lingkungan.

Namun, klaim tersebut dipandang berbeda oleh beberapa komunitas atau organisasi sopir truk.

Irvan Dinarya (35), anggota Engkel Mania Indonesia, Kabupaten Bandung, menilai penerapan UU ODOL akan merugikan para sopir truk nantinya.

Kendati masih dalam tahap sosialisasi, Irvan menyebut UU ODOL sangat berdampak pada kesejahteraan sopir truk.

Baca juga: Aksi Solidaritas Tolak Aturan ODOL Berlangsung 3 Hari, Ini Tuntutan Supir Truk

"Ya kalau buat sopir pasti merugikan. Peraturan ini kan baru sosialisasi sebenarnya, tetapi kami sudah tahu dampak ke kami langsung seperti apa," katanya, ditemui saat aksi sopir truk menutup jalan Tol Soroja, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/6/2025).

Menurut dia, klaim kendaraan barang yang melebihi batas dimensi dan muatan membahayakan tidak bisa dilihat atau distigmakan begitu saja.

Dia mencontohkan, muatan sayuran yang harganya cenderung fluktuatif masih menjadi andalan sopir truk untuk bisa membawa muatan lebih dari kapasitas.

"Sekarang contoh gini, kebanyakan yang demo muatan sayuran. Kalau muatan sayuran kan harga sayuran fluktuatif, kan naik turun. Kalau di kala harga sayuran turun terus, kami bawa muatan sedikit, rugi," ujarnya.

Meski begitu, Irvan mengeklaim para sopir truk sudah berpengalaman dengan membawa muatan berlebih.

"Kalau berbahaya sih kami juga sebagai sopir menyadari, memang ODOL berbahaya, cuma mau gimana lagi gitu," tambahnya.

Ribuan sopir truk melakukan aksi demo tolak RUU ODOL dengan cara menutil akses lalu lintas Tol Soroja, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/6/2025)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Ribuan sopir truk melakukan aksi demo tolak RUU ODOL dengan cara menutil akses lalu lintas Tol Soroja, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/6/2025)

Halaman:


Terkini Lainnya
Kasus Kebun Teh Pangalengan, Dedi Mulyadi: Ini Peringatan untuk Semua
Kasus Kebun Teh Pangalengan, Dedi Mulyadi: Ini Peringatan untuk Semua
Bandung
Polisi Lacak Keberadaan Streamer Resbob dari Jakarta hingga ke Jatim
Polisi Lacak Keberadaan Streamer Resbob dari Jakarta hingga ke Jatim
Bandung
Sebaran Kebun Sawit di Bogor yang Luasnya Terbesar Kedua di Jabar Setelah Sukabumi
Sebaran Kebun Sawit di Bogor yang Luasnya Terbesar Kedua di Jabar Setelah Sukabumi
Bandung
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Bandung
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau