BANDUNG, KOMPAS.com - Di usia 15 tahun 8 bulan, Benyamin Iyai resmi menjadi mahasiswa termuda Universitas Padjadjaran (Unpad) angkatan 2025.
Pemuda asal Papua Tengah ini berhasil lolos seleksi Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia dan diterima di Program Studi Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad.
Dalam keterangan tertulis, Benyamin menempuh pendidikan dari SD hingga SMA dengan durasi normal.
Baca juga: Ara Janji Bantu Unpad Bangun Perumahan Dosen hingga Mahasiswa, tapi Ada Masalah Besar di Sekeloa
Ia memulai sekolah dasar lebih awal dibandingkan anak-anak seusianya, tepatnya pada usia 4 tahun. Keputusan ini diambil karena kedekatannya dengan sang kakak.
Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, dan saat kakaknya masuk SD, Benyamin kecil merasa tidak ingin berpisah.
"Saya menangis dan mau ikut sekolah, akhirnya saya juga ikut bersekolah bersama kakak," kenangnya pada Senin (11/8/2025).
Baca juga: Dedi Mulyadi Titip Uang Kadeudeuh untuk Siswa Sekolah Rakyat di Sumedang
Setelah lulus dari SMA Negeri 2 Dogiyai pada tahun 2025, Benyamin mengetahui tentang program ADik yang memberikan kesempatan bagi putra-putri daerah untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Ia pun mendaftar, awalnya memilih Program Studi Akuntansi, namun dalam proses pendaftaran, pilihannya beralih ke Statistika, bidang yang juga ia sukai.
"Yang penting saya bisa kuliah, belajar, dan mendapatkan ilmu untuk masa depan," ujarnya.
Setibanya di Jatinangor, Sumedang, Benyamin harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda dalam bahasa dan budaya.
Tinggal di asrama Bale Wilasa, ia merasa terbantu oleh keramahan teman-teman dan staf kampus.
Meskipun sempat mengalami kesulitan berkomunikasi karena di kampung halamannya ia lebih sering menggunakan bahasa daerah, Benyamin bertekad untuk memperlancar bahasa Indonesia sehari-hari.
Sebagai mahasiswa, Benyamin berharap dapat menyelesaikan studi tepat waktu dan meraih gelar sarjana.
“Saya ingin menjadi sarjana, menulis penelitian, dan suatu saat kembali membangun Papua,” tuturnya.
Kisah Benyamin Iyai ini tidak hanya menunjukkan bahwa tekad yang kuat dapat mendorong seseorang untuk meraih cita-cita, tetapi juga menjadi bukti kehadiran pemerintah bagi rakyat yang membutuhkan.
Selain itu, kisah ini mencerminkan komitmen Unpad sebagai kampus yang inklusif, merangkul keberagaman, dan memberikan kesempatan yang setara bagi seluruh anak bangsa untuk berkuliah di Unpad.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang