BANDUNG, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan, paparan radioaktif di kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten, tidak berdampak langsung kepada masyarakat, selama warga tidak memasuki area berpagar.
"Selama berada di luar pagar pengaman dan mengikuti arahan, tingkat paparan sangat rendah sehingga tidak menimbulkan gejala," ungkap Prof Djarot S Wisnubroto, Peneliti Ahli Utama Riset Tenaga Nuklir, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/10/2025) malam.
Ia menjelaskan, paparan tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan gejala awal seperti mual, kelelahan, atau penurunan sel darah putih, yang dapat terjadi jika seseorang berada sangat dekat dengan titik panas (hotspot) tanpa perlindungan.
"Pada paparan tinggi dalam waktu singkat ini, jika terjadi di sangat dekat hotspot tanpa pelindung, gejala dini bisa berupa mual, kelelahan, atau penurunan sel darah putih," tambahnya.
Baca juga: Melihat Lokasi Sumber Lokal Radioaktif CS-137 di Cikande, Berdampingan dengan Permukiman
Djarot mengingatkan, paparan rendah dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker, sehingga kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia perlu mendapatkan perlindungan yang lebih.
Ia menegaskan, pemerintah dan instansi terkait telah menetapkan pagar pembatas berdasarkan hasil pengukuran dosis, sehingga masyarakat dinilai aman.
"Ini isu terlokalisasi dan terkendali. Ikuti pagar pengaman, jangan menyentuh scrap, dan tunggu informasi resmi. Risiko untuk publik sangat rendah selama tidak masuk zona kerja. Penanganan dilakukan oleh tim berizin dengan prosedur baku: amankan area, peta radiasi, angkat sumber, bersihkan, dan verifikasi," jelas Djarot.
Sumber radioaktif di Cikande, menurut Djarot, berasal dari fragmen kecil seperti peralatan industri atau rongsokan logam yang terbawa ke lokasi tertentu.
Baca juga: Dekat Pabrik Radioaktif CS-137, Warga Cikande Pilih Bertahan Meski Khawatir
Ia menekankan, masyarakat tidak perlu cemas karena paparan ini bukan gas yang dapat menyebar ke seluruh kota.
"Masyarakat cukup menghindari area berpagar, jangan menyentuh scrap atau benda mencurigakan, dan ikuti arahan petugas. Tidak perlu mengungsi kecuali ada instruksi resmi. Masker tidak diperlukan untuk radiasi gamma; masker (lebih baik N95) hanya berguna bila ada debu di area kerja agar debu terkontaminasi tidak terhirup," ucapnya.
Djarot menambahkan, warga sebenarnya bisa memeriksa paparan radioaktif menggunakan alat Geiger Counter yang relatif murah.
Namun, ia menekankan agar hal itu tidak dilakukan sendiri di lokasi kejadian karena berisiko menghasilkan data yang tidak akurat.
"Pengukuran harus akurat, terkalibrasi, dan dibaca oleh petugas berlisensi agar hasilnya tidak menyesatkan. Cara paling aman adalah melaporkan ke pemerintah daerah atau BAPETEN/BRIN, biarkan tim berizin yang memetakan dan mengumumkan hasilnya," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang