CIAMIS, KOMPAS.com - Sebuah insiden keracunan makanan yang diduga disebabkan menu MBG terjadi di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (3/10/2025).
Sebanyak 10 siswa dari SD Sindangsari, Kecamatan Kawali, mengalami gejala mual, muntah, lemas, sakit perut, dan sesak napas setelah mengonsumsi menu tersebut.
Para korban segera dibawa ke Puskesmas Kawali untuk mendapatkan perawatan.
"Saat ini diduga ada keracunan, tapi kita belum memastikan dari MBG atau bukan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Rizali Sofyan.
Dari 10 anak yang dirawat, dua di antaranya sudah diperbolehkan pulang. Sementara kondisi delapan anak lainnya yang masih dirawat menunjukkan perbaikan.
"Sudah tertangani, saat ini kami masih memantau, kami harap (korban) tidak bertambah," tutur Rizali.
Baca juga: Forkopimcam Pringsewu Wajibkan SPPG Publikasikan Menu Gizi Harian
Ia menjelaskan, menu MBG terdiri dari bubur kacang hijau, puding/jeli, roti tawar, keju, dan santan.
Pihaknya telah mengumpulkan sampel makanan untuk diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
"Kami akan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur. Kita periksa apa yang jadi penyebabnya," ujar Rizali.
Salah satu siswa, Nadifa (12) mengaku mengonsumsi bubur kacang hijau, roti, dan puding sebelum mengalami muntah dan sesak napas.
"Makan MBG jam 9," katanya.
Siswa lainnya, Ahmad Fazril (12), juga melaporkan mengalami muntah setelah mengonsumsi puding dan bubur kacang.
"Puding dan bubur kacang, rasanya ada yang enak dan tidak," ujarnya.
Ahmad mengaku muntah empat kali dalam waktu lima menit setelah makan.
Baca juga: Temuan Ulat pada Menu MBG di Makassar, Diduga Proses Pembersihan Kurang Optimal
Kekhawatiran juga datang dari orangtua siswa, Nuri, yang mengaku khawatir anaknya kembali mengonsumsi menu dari MBG.
Ia bahkan tidak mengizinkan anak keduanya yang masih PAUD untuk makan MBG.
"Anak kedua tidak saya kasih. Takut," ungkap Nuri.
Nuri berharap agar penyaluran bantuan MBG diubah menjadi bentuk tunai, sehingga ia bisa memasak makanan kesukaan anaknya.
"Waktu memasaknya juga tidak lama, jadi tidak mungkin basi," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang