Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Periode Bahaya, Pembudidaya Ikan di Saguling dan Cirata Diminta Henti Operasi

Kompas.com, 14 November 2025, 12:56 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Ancaman kematian massal ikan kembali membayangi keramba jaring apung (KJA) di Waduk Saguling dan Cirata. Memasuki periode November 2025 hingga Maret 2026, aktivitas budidaya di dua waduk itu berada dalam status bahaya.

Pemerintah meminta pembudidaya menghentikan sementara seluruh kegiatan untuk mencegah kerugian ekonomi yang lebih besar. Peringatan ini mengacu pada kalender prediksi kematian massal ikan milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang menyebut lima bulan ke depan sebagai periode dengan potensi tertinggi insiden kematian ikan.

“Kita masuk kalender bahaya kematian massal ikan di KJA mulai November hingga Maret 2026. Ditambah sekarang muncul fenomena cuaca ekstrem,” ujar Kepala Bidang Perikanan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat, Dindin Rustandi, saat dihubungi, Jumat (14/11/2025).

Baca juga: Respons Dedi Mulyadi Soal Ikan Cirata Tak Layak Konsumsi

Menurut Dindin, pembudidaya telah diminta menyetop tebar benih, mempercepat panen untuk ikan siap jual, serta menyiapkan proses pascapanen guna mengantisipasi meningkatnya risiko. Pemerintah daerah juga menyertakan panduan teknis penanganan bangkai ikan jika terjadi kematian massal.

“Rekomendasi ini sudah kita buat dan disebarkan ke tiap kecamatan dan para pembudidaya ikan oleh para penyuluh. Termasuk tatacara teknis penanganan bangkai tatkala kejadian kematian muncul,” kata Dindin.

Ia menjelaskan, sejak Oktober hingga November 2025 sudah tercatat satu kejadian kematian ikan akibat umbalan, namun skalanya masih kecil. “Hasil laporan temen-temen peternak untuk fenomena upwelling di Waduk Cirata memang sudah terjadi pada Oktober. Tapi jumlah kematiannya gak besar, dari satu petak, yang mati paling 10–15 persen,” terang Dindin.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat juga memberikan edukasi terkait tata cara penanganan ikan setelah terjadi umbalan. Langkah ini diprioritaskan agar dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat dapat ditekan, sekaligus mencegah pencemaran.

Penanganan

Penanganan dibagi dua, yakni ikan hidup dan ikan mati. Ikan hidup harus segera dipisahkan dari yang mati untuk kembali dipelihara atau dimanfaatkan secara ekonomi. Sementara ikan mati harus segera diangkat dari perairan dan tidak boleh dibuang kembali ke air.

“Ikan mati yang masih di darat bisa dimanfaatkan, namun jika jumlahnya sangat banyak, maka langkah paling efektif adalah dengan dikubur,” jelas Dindin.

Lokasi penguburan, lanjut dia, harus jauh dari perairan agar cairan pembusukan tidak merembes, serta tidak dekat permukiman untuk menghindari bau.

Ikan yang masih memenuhi standar pangan dapat dijual atau dikonsumsi, sementara yang tidak layak dapat diolah menjadi pakan ternak.

Dengan status bahaya yang telah berlangsung, pemerintah daerah mengingatkan pembudidaya untuk tetap waspada. Menurut Dindin, puncak ancaman diperkirakan terjadi pada musim hujan ketika kualitas air lebih mudah berubah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau