Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Angin Kencang di Rancaekek dan Jatinangor, Tornado atau Puting Beliung?

Kompas.com - 24/02/2024, 07:08 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Angin gasing raksasa 'tornado' yang berdampak terhadap lima kecamatan di Jawa Barat, diharapkan jadi bahan penelitian lebih luas mengenai dampak perubahan iklim.

Sebanyak 534 bangunan mengalami rusak ringgan hingga berat akibat bencana 'tornado' yang terjadi Rabu sore (21/02) di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat juga melaporkan, sebanyak 835 keluarga terdampak, dan 33 orang luka menjalani perawatan di rumah sakit.

Banyak video yang tersebar di media sosial menggambarkan angin kencang telah merobohkan pepohonan, kendaraan roda empat terguling, dan material bangunan terangkat ke angkasa.

Baca juga: Saat Dua Peneliti BRIN Beda Pendapat soal Angin Kencang di Bandung dan Sumedang...

Angin kencang yang tergambar di dalam video juga berputar, yang diduga turun dari kumpulan awan hitam di langit.

Fenomena alam ini kemudian dianggap sebagai “tornado” yang kemungkinan muncul pertama kali di Indonesia menurut seorang Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Namun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan fenomena angin berputar itu sebagai puting beliung.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa bedanya tornado dan puting beliung? Berikut adalah hal-hal yang sejauh ini diketahui tentang fenomena angin kencang di Rancaengkek dan sekitarnya.

Baca juga: Polresta Bandung Sebut Sebagian Warga Terdampak Puting Beliung Tak Mau Mengungsi

Bagaimana kesaksian penyintas?

Solihin harus menelan kerugian besar dari bencana alam 'tornado Rancaekek'.BBC Indonesia/Yuli Saputra Solihin harus menelan kerugian besar dari bencana alam 'tornado Rancaekek'.
Solihin, 65 tahun, melangkah hati-hati di antara reruntuhan bangunan dengan kondisi baju yang sudah lepek karena keringat. Sedikit demi sedikit, ia mengangkat puing-puing – kebanyakan atap rumah untuk dibersihkan.

Warga Dusun Bojong Bolang, di Kabupaten Sumedang ini harus menelan kerugian jutaan rupiah karena lima bangunan miliknya, empat di antaranya kos-kosan 30 pintu rusak diterjang tornado Rabu kemarin (21/02).

Ia mengatakan “angin tornado” sangat nampak dari jangkauan satu kilometer menuju rumahnya. Suaranya “seperti helikopter. Anginnya mutar ke atas. Hitam. Semua berterbangan. Genteng. Baja ringan. Berterbangan semua”.

“Saya teriak Allahuakbar, saya tidak keluar di dalam saja. Keluar, sudah hancur semua,” kata Solihin mengingat kejadian itu.

Baca juga: Dampak Puting Beliung, 534 Bangunan di Bandung dan Sumedang Rusak, 33 Orang Luka

Menurutnya, angin yang membawa terbang atap rumah ini “lebih besar dari pada yang sudah-sudah.”

Tak jauh dari lokasi Solihin, seorang perempuan berusia 40 tahun bernama Empu Marfuah sedang menjemur beberapa dokumen yang basah di pelataran rumahnya.

Ia bercerita saat angin berputar raksasa bergerak dari kejauhan menuju rumahnya. Langit gelap tertutup awan hitam.

Empu Marfuah sempat berdebat dengan Komar suaminya, yang mengatakan itu kebakaran, tapi dirinya bersikukuh kalau itu angin puting beliung.

Setelah benar-benar menyadari itu angin besar yang berputar, Empu dan Komar segera masuk ke dalam rumah dan saling menghimpit bersama anaknya di pojokan rumah. Ia memakai helm, dan baju berlapis-lapis untuk keselamatan.

Baca juga: Kontra Flow Urai Macet di Jalur Bandung-Garut Pasca Puting Beliung

Tornado itu memporak-porandakan rumahnya sekitar lima menit. Suara angin mulai senyap, digantikan hujan deras.

Ketika hujan, Empu menyadari atap rumahnya sudah bolong. Air hujan leluasa masuk ke dalam rumah, membasahi segala isi rumah termasuk kasur dan semua yang ada di dalam lemari.

“Itu semua basah kursi, kasur, lemari basah semua. Nggak ada tempat buat tidur,” kata Empu. Ia juga menambahkan, suasananya saat itu "seperti mau kiamat”.

Fenomena alam seperti ini tak pernah ia alami sebelumnya.

Mengapa disebut tornado?

Di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika, kata Guswanto.ANTARA FOTO via BBC Indonesia Di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika, kata Guswanto.
Sejumlah negara dunia seperti Amerika Serikat, Kanada, Prancis, China, dan Mongolia lazimnya mengukur tornado menggunakan Skala Enhanced Fujita (EF).

Skala EF menilai intensitas tornado berdasarkan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Artinya dari kerusakan yang terjadi bisa diperkirakan kecepatan anginnya.

Peringkat Skala EF antara 0 – 5. Semakin besar angkanya, maka semakin besar pula kerusakannya.

Dalam kasus angin yang berputar dan bergerak di Jawa Barat, dampak kerusakannya terjadi di lima kecamatan. Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cicalengka, Kecamatan Cileunyi (Kabupaten Bandung) dan Kecamatan Jatinangor serta Kecamatan Cimanggung (Kabupaten Sumedang).

Luas daerah terdampak angin yang berputar keras di lima kecamatan ini setara dengan sepertiga luas Jakarta.

Baca juga: Puting Beliung Terjang 4 Kecamatan di Bandung dan Sumedang

Dari sejumlah video dan pengakuan warga yang terdampak, angin gasing ini telah membuat pohon-pohon kecil tumbang, mengangkat atap rumah, memecahkan kaca-kaca jendela mobil dan rumah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanah Bergerak di Cianjur, Kampung Ditinggalkan, Puing Reruntuhan mulai Dibersihkan

Tanah Bergerak di Cianjur, Kampung Ditinggalkan, Puing Reruntuhan mulai Dibersihkan

Bandung
Polda Jabar Bakal Telusuri Oknum Polisi Pengintimidasi Saksi Pembunuhan di Subang

Polda Jabar Bakal Telusuri Oknum Polisi Pengintimidasi Saksi Pembunuhan di Subang

Bandung
Majalaya Waterpark di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Majalaya Waterpark di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bandung
Dianggap Tak Sesuai Harapan, Car Free Day Gedung Sate Dievaluasi

Dianggap Tak Sesuai Harapan, Car Free Day Gedung Sate Dievaluasi

Bandung
Pulang Antar Ikan dari Pasar, Dua Pelajar Tiba-tiba Dihentikan Penembak Misterius di Bandung

Pulang Antar Ikan dari Pasar, Dua Pelajar Tiba-tiba Dihentikan Penembak Misterius di Bandung

Bandung
OTK Lepaskan 4 Tembakan di Bandung, Pelaku Diduga Pakai 'Airsoft Gun'

OTK Lepaskan 4 Tembakan di Bandung, Pelaku Diduga Pakai "Airsoft Gun"

Bandung
Petani Tertimbun Longsor di Bandung Barat Belum Ditemukan

Petani Tertimbun Longsor di Bandung Barat Belum Ditemukan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Bandung
Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Bandung
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Bandung
Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Bandung
Gubernur Jabar Buka Gedung Pakuan untuk Umum, Ada 'Tour Guide' Gratis

Gubernur Jabar Buka Gedung Pakuan untuk Umum, Ada "Tour Guide" Gratis

Bandung
21.000 Warga Jabar Terserang DBD selama 2024, 177 Meninggal Dunia

21.000 Warga Jabar Terserang DBD selama 2024, 177 Meninggal Dunia

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com